Page 7 - 4410121013_NI MADE PEBRIANI SANTIKA DEWI_SANGIRAN_K14
P. 7

sejarah



       Situs Sangiran mulai dikenal tahun 1893, ketika Eugene Dubois datang menelitinya.
       Kegiatan  pemetaan  baru  dilakukan  pada  tahun  1932  oleh  L.J.C.  van  Es.  Peta  yang

       dihasilkannya adalah peta geologi skala detil, yang dua tahun kemudian digunakan oleh
       G.H.R. von Koenigswald untuk melakukan survei eksploratif dengan temuan beberapa

       artefak prasejarah. Temuan fosil hominid pertama kali terjadi pada tahun 1936 oleh
       penduduk setempat di Dusun Ngargorejo (Bukuran, Kal ambe, Sragen), yang kemudian
       diserahkan  kepada  Koenigswald.  Temuan  tersebut  berupa  fragmen  rahang  atas

       (maxilla)  kiri,  fragmen  rahang  bawah  (mandibula)  kanan,  3  geraham  (molar),  dan  1
       premolar dari spesies Homo erectus arkaik, yang kemudian diberi kode Sangiran 1.
       Temuan-temuan tersebut terkandung dalam lapisan tanah lempung hitam dari Formasi

       Pucangan Atas. Sepanjang tahun 1937–1941, Koenigswald semakin intensif melakukan
       eksplorasi di Sangiran dengan mengerahkan penduduk setempat. Sejumlah fosil Homo
       erectus pun ditemukan.



       Pada tahun 1969, sebuah fosil tengkorak Homo erectus yang relatif lengkap ditemukan

       di  percabangan  Kali  Pucung  di  Dusun  Pucung  (Dayu,  Gondangrejo,  Karanganyar).
       Spesimen  ini  ditemukan  pada  endapan  pasir  fluvio-volkanik  Formasi  Kabuh,  yang
       kemudian dikenal sebagai Sangiran 17. Bagian wajahnya cukup banyak terwakili. Pada
       rahang atas fosil tengkorak tersebut masih menempel 5 gigi. Namun bagian samping

       atas (parietal) tengkoraknya tidak ada.
                                                                                              06
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12