Page 42 - buku-Puisi
P. 42
42
pemutarbalikan perspektif keyakinan atau kepastian manusia yang tradisional. Demikian
pula puisi-puisi Toeti Heraty melalui puisi yang berjudul ”Cocktail Party” secara umum
menggambarkan ciri ironi yang sangat kuat, dan seringkali memanfaatkan tema yang
sama dengan Subagio. Keduanya dapat dipahami lebih baik lagi kalau ditempatkan
dalam rangka yang lebih luas: pertama-tama keseluruhan puisi Indonesia modern,
kemudian pula puisi Barat abad kedua puluh.
Karakteristik konvensi pun di dalam perkembangan modern sangat terbuka. Hal
ini berbeda dengan puisi tradisional yang bersifat tertutup. Artinya, konvensi modern
tidak untuk dihapalkan dan tinggal diterapkan. Konvensi ini harus dipahami dalam
konteks fleksibilitas dan kelonggaran, yakni terdapat berbagai kemungkinan yang sangat
luas untuk melakukan penyimpangan dan pemberontakan kepada penyair (Teeuw,
1991:57). Artinya, posisi pembaca menjadi sangat penting di dalam rangka pemahaman
puisi modern. Proses kreatif pembaca menjadi dasar yang terbuka untuk melakukan
pemaknaan atau interpretasi. Teeuw (1991:57) menekankan bahwa membaca puisi bukan
berarti berfilsafat mengenai beberapa kata yang kebetulan terdapat di dalam sebuah
sajak; tetapi membaca puisi tidak berarti pula mengenakan aturan-aturan yang ketat
terhadap sebuah karya sastra. Makna objektif dan definitif tidak ada bagi sebuah puisi
yang sungguh-sungguh bernilai bernilai. Yang ada justru makna keragaman tafsir.
Konvensi inilah yang menjadi konvensi utama puisi modern sebagai kriteria karya sastra
yang memiliki keunggulan.
Pendapat Teeuw tersebut semakin menarik untuk dicermati manakala disertai
contoh penafsiran terhadap puisi yang dilakukan oleh pembaca. Puisi yang dimaksud