Page 224 - My FlipBook
P. 224

Bagian Ketiga



                     baginya  dzimmah(perlindungan)    Allah  dan  dzimmahRasul-nya.  Oleh
                                                                                  97
                     sebab itu, janganlah kalian mengkhianati atas dzimmah-Nya’.”

                Para ulama seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah mereka
            berhati-hati dalam menetapakn kekafiran seseorang.  Hal itu seperti pernyataan

            mereka berikut ini:

                     لمتيَ و اهجو ينعست و  عست نم رفكلا لمتيَ ام  نع ردص نم : كلام ماملا لاق

                                                          نايملا ىلع هرمأ لحْ دحاو  جو نم نايملا


                     Barang siapa terindikasi padanya terdapat sembilan puluh sembilan sisi
                     kekafiran  dan  terindikasi  hanya  satu  sisi  keimanan  maka  perkara  itu
                                               98
                     membawa pada keimanan.
                     نودهتعي ،نَإِف  يبااخطا لَإ َاوهلأا لهأ نم دحأ ةراهش ررأ لَ : ىعفاشلا ماملا لاقو

                                                                                .ب ذكلا لح

                     Aku tidaklah menolak kesaksian salah seorang dari ahlul qiblat kecuali
                                                                       99
                     al-Khotobiyah, mereka meyakini halalnya berdusta.
                                            . لبهلا لهأ نم ادحأ رف كي لَ  نأ  فينح بَأ ماملا نع رروو


                    Disampaikan  dari  Imam  Abu  Hanifah  bahwasanya  beliau  tidak
                    mengkafirkan seseorang dari ahlul qiblah.

                3.  Al-Ghuluw  tidak  saja  hanya  perbuatan,  namun  adakalanya  berupa

                    meninggalkan  sesuatu;  meninggalkan  hal  yang  halal  seperti  tidur  dan
                    makan  atau  yang  semisal.  Apabila  peninggalan  itu    dilakukan  dalam

                    rangka ibadah dan mendekatkan diri pada Allah, seperti perilaku para sufi

                    dan para vegetarian.



            97 Ismail  al- Bukhari, al-Jami’as-Sahih  lil Bukhari, “Kitab Shalat, Bab. Keutamaan Menghadap
            Kiblat,Menghadap dengan ujung-ujung (Jari) kakinya” (Kairo: Maktabah as-Salafiyah, 1400 H),
            I/145.
            98  Sayid Sabiq, Fiqhu Sunnah (Kairo: Dar al-Fathi, 1999), II/ 288.
            99 Ibnu Taimiyah, Daru at-T’arudh al-‘aqlu wa an-Naqlu,(Jamiah Ibn Su’ud, 1991), I /94.




            212
   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229