Page 382 - My FlipBook
P. 382

Bagian Kempat



            ingin menegaskan pengertian sekularisasi secara sosiologis, bukan filosofis. Ia
            mengutip  pendapat  Talcoot  Parsons  dan  Robert  N.  Bellah.  Bagi  Nurcholish,
            penggunaan kata “sekularisasi” dalam sosiologi mengandung arti pembebasan,
            yaitu pembebasan dari sikap penyucian yang tidak pada tempatnya. Karena itu ia
            mengandung makna desakralisasi, yaitu pencopotan ketabuan dan kesakralan dari
            obyek-obyek  yang  semestinya  tidak  tabu  dan  tidak  sacral.  Jika  diproyeksikan
            kepada situasi modern Islam sekarang, maka “sekularisasi”-nya Robert N. Bellah
            itu akan mengambil bentuk pemberantasan  bid’ah, khurafat  dan praktek  syirik
            lainnya, yang kesemuanya itu berlangsung di bawah semboyan kembali kepada
            Kitab dan Sunnah dalam usaha memurnikan agama. Maka, sekularisasi seperti itu
                                           284
            adalah konsekuensi dari tauhid.

                    Bagaimanapun,  Nurcholish  mengakui  sangat  sulit  untuk  menentukan
            kapan  proses  sekularisasi,  dalam  makna  sosiologisnya,  berhenti  dan  berubah
            menjadi proses penerapan sekularisme filosofis. Oleh sebab itu juga, kritikan Pak
            Rasyidi cukup beralasan dan dapat diterima, yaitu jika sekularisasi memang tak
            mungkin  lepas  dari  sekularisme  filosofis  hasil  masa  Englightenment  Eropa.
            Nurcholish  menyimpulkan  adalah  bijaksana  untuk  tidak  menggunakan  istilah-
            istilah sekular, sekularisasi dan sekularisme dan mengganti dengan istilah-istilah
                                                 285
            teknis lain yang lebih tepat dan netral.
            Penutup


                  Nurcholish ingin menunjukkan ada banyak pengertian makna sekularisasi.
            Bagaimanapun,  ia  tampak  tidak  konsisten.  Pada  awa  tulisan-tulisanlnya,  ia
            mengikut pendapat Harvey Cox. Dalam perjalanan waktu, disebabkan resistensi
            dari Kalangan Islam, ia  memodifikasi pendapatnya dengan mengutip pendapat
            Robert N Bellah. Seakan-akan terjadi perbedaan yang prinsipal antara sekularisasi
            dalam  pengertian  sosiologis  dengan  filosofis.  Bahkan  Nurcholish  menyatakan
            pengertian  sekularisasi  secara  sosiologis  lebih  dahulu  dibanding  dengan
            pengertian filosofis. Padahal, Robert N. Bellah dalam karyanya ‘Beyond Belief’
            terwarnai oleh pemikiran Harvey Cox.   286  Bellah mengutip pendapat Cox ketika


            284  Nurcholish Madjid, Keindonesiaan, 258-59.
            285  Ibid., 260.
            286  Robert N. Bellah, Beyond Belief-Essays on Religion in a Post Traditionalist World (California:
            University of California Press, 1970) selanjutnya diringkas Beyond Belief.



            370
   377   378   379   380   381   382   383   384   385   386   387