Page 391 - My FlipBook
P. 391
Tantangan Pemikiran dan Ideologi Klasik & Kontemporer
agama dari politik atau Islam dari hukum syariah adalah tindak kriminal. Di
kalangan pemikir Barat sendiri framework orientalis diberi stigma sebagai “exotic
cum barbaric norm”.
Selain dari itu, ciri-ciri kajian orientalis adalah parsial, artinya jika mereka
mengkaji suatu bidang tertentu, mereka melewatkan bidang kajian yang lain.
Orientalis ahli Fiqih melontarkan kritik-kritik yang tidak dikaitkan dengan Kalam
misalnya, kritik dalm bidang filsafat tidak dikaitkan dengan aqidah, kritik dan
kajian al-Qur’an tanpa disertai ilmu tafsir, bahkan tidak aneh jika para orientalis
mengkaji al-Qur’an dengan metodologi Bibel, mengkaji politik Islam dalam
perspektif politik Barat sekuler dst. Dan yang pasti disiplin ilmu pengetahuan
dalam Islam itu tidak dikaji dengan framework pandangan hidup Islam, tapi Barat.
Meski telah banyak kajian tentang orientalisme, tapi dalam perkembangan
pemikiran akhir-akhir ini, tema Orientalisme ini menjadi semakin relevan untuk
diangkat kembali. Sebab kini mengadopsi pandangan, framework dan kritik-kritik
para orientalis tentang Islam menjadi tren dikalangan sementara cendekiawan
Muslim. Nampaknya, mereka berfikiran bahwa dengan cara itu mereka bisa
mengambil jalan pintas untuk “reformasi”, “pembaharuan” atau “liberalisasi”
pemikiran Islam. Bagi masyarakat awam atau ulama “tradisional”, pemikiran
hasil “adopsi” itu nampak baru, karena tidak pernah ada dalam khazanah
intelektual Islam. Padahal, sifat “baru”nya tidak mempunyai unsur tajdid, karena
terlepas dari fondasi asalnya (wahyu) dan bahkan seringkali berseberangan.
Mungkin mereka telah gagal menyelami khazanah intelektual Islam secara
komprehensif, kreatif, dan appresiatif sehingga kehilangan daya kritis mereka
terhadap orientalis dan Barat.
Orientalisme adalah suatu cara pandang orang Barat terhadap bangsa
selain Barat. Bangsa-bangsa selain Barat itu – yakni bangsa-bangsa Timur Tengah
dan Asia - dilihat dengan kacamata rasial yang penuh prasangka. Bangsa-bangsa
Timur dianggap mundur dan tidak sadar akan sejarah dan kebudayaan mereka
sendiri. Untuk itu Barat kemudian “membantu” membuat kajian tentang konsep-
konsep kebudayaan, sejarah, dan juga agama-agama dan bangsa-bangsa Timur.
Sudah tentu prinsip, metode dan pendekatan kajian ini khas Barat. Namun, kajian
379