Page 72 - Semangat Berbagi Semangat Menginspirasi (1)
P. 72
Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi!
Desain Pembelajaran TPACK, Solusi Pembelajaran di Masa Pandemi
Oleh: Yani Srisusanti, S.Pd- SMP Negeri 5 Kota Sukabumi, Jawa Barat
Saat pandemi Covid-19 muncul, seluruh aktivitas manusia dibatasi, termasuk kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berubah dari pertemuan tatap muka (PTM) menjadi Belajar dari Rumah (BDR). Merespon kondisi tersebut, P4TK IPA mengadakan Diklat Daring DIDAMBA bagi guru. Salah satu temanya adalah desain pembelajaran di masa pandemi menggunakan kerangka kerja TPACK (TPACK Framework).
Ternyata TPACK framework merupakan integrasi antara pengetahuan teknologi (Technological Knowledge), pengetahuan pedagogi (Pedagogy Knowledge), dan pengetahuan konten (Content Knowledge). Dengan kata lain, TPACK merupakan pengetahuan tentang bagaimana memfasilitasi proses pembelajaran dari konten tertentu melalui pendekatan pedagogi dan teknologi. TPACK sangat diperlukan untuk pembelajaran BDR saat ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi pandemi membuat proses pembelajaran tidak dapat seideal seperti pembelajaran tatap muka. Dengan program Belajar dari Rumah (BDR) secara daring, guru dituntut untuk dapat menguasai teknologi digital, menyamai kemampuan yang dimiliki peserta didik, dimana mereka merupakan generasi digital native. Mungkin inilah salah satu hikmah pandemi, dimana penguasaan teknologi informasi dan digital guru dan peserta didik meningkat dengan pesat karena adanya tuntutan keadaan. Penguasaan guru dan peserta didik terhadap teknologi dan pengoperasian aplikasi platform pendidikan, seperti Quipper School, Zoom Cloud Meeting, dll. bisa sangat mahir saat ini. Setidaknya itu yang saya dan rekan-rekan guru rasakan di SMP Negeri 5 Kota Sukabumi. Kini kami tidak hanya mahir menggunakan aplikasi Whatsapp, walaupun Whatsapp tetap menjadi yang paling diandalkan saat sinyal dan kuota kami sedang tidak bersahabat.
Pembelajaran yang saya lakukan untuk BDR menggunakan Google Classroom dan Quipper School. Langkah pertama adalah membuat kelas di kedua aplikasi tersebut. Kemudian anak-anak diminta masuk kelas dengan diberikan kode kelas tertentu. Google Classroom saya gunakan untuk menyampaikan materi dan berkomunikasi dengan siswa. Aplikasi ini telah menyediakan fasilitas Learning Management System (LMS) untuk tugas, membagikan materi, bahkan asesmen. Asesmen dapat digunakan untuk melaksanakan penilaian formatif maupun penilaian sumatif. Google Classroom dapat dibuat jadwal sesuai jadwal yang dibuat di sekolah sehingga lebih praktis. Selain itu, di aplikasi tersebut kita dapat membagikan materi berupa PowerPoint, link Youtube, ataupun LKPD untuk peserta didik.
Apabila saya ingin melaksanakan evaluasi dengan unsur “fun”, saya membuat soal di aplikasi Quizizz. Aplikasi ini menyediakan fasilitas laksana game online, cepat tepat secara daring. Kita hanya tinggal membuat soal di Quizizz, kemudian mengundang peserta didik untuk join pada waktu yang telah ditentukan.
Adapun Quipper School, merupakan aplikasi yang bisa diakses secara gratis menggunakan kuota normal. Aplikasi ini sudah menyediakan materi serta latihan soal yang bisa digunakan guru untuk pembelajaran. sehingga dapat dijadikan ajang belajar mandiri. Dari pengalaman selama BDR, aplikasi ini yang paling diminati oleh siswa. Persentase pengumpulan tugas selalu maksimal.
Bila diperlukan tatap muka, maka dilaksanakan pembelajaran melalui Google Meet, Webex Cisco, maupun Zoom meetings. Namun, penggunaan aplikasi ini terkendala dengan kuota yang harus lebih banyak dari biasanya, sementara kemampuan ekonomi peserta didik beragam. Oleh karena itu, penggunaan aplikasi ini jarang digunakan. Untuk menyiasatinya, saya menggunakan aplikasi Bandicam sehingga PowerPoint yang saya bagikan berubah menjadi video dimana dalam video tersebut saya menjelaskan secara online.
64