Page 10 - e-modul SKI kelas VIII
P. 10
2. Fase Kedua Daulah Abbasiyah
Fase kedua Daulah Abbasiyah
berlangsung selama kurang lebih
empat abad. Masa ini dikenal
sebagai masa kelemahan dan
kemunduran kekuasaan Bani
Gambar 1.2 Istana Qashrul Dzahabi Abbas. Para Khalifah tidak lagi
(Sumber. www. google. com)
memegang kekuasaan penuh. Mereka hanya menjadi simbol, sedangkan
kekuasaan sebenarnya dipegang oleh bangsa Turki, Bani Buwaih, dan
Bani Saljuk. Kedudukan khalifah sangat bergantung pada pihak-pihak
yang mendukung mereka. Sering terjadi pergantian kekuasaan karena
adanya perebutan pengaruh. Jabatan tinggi dalam pemerintahan bisa
dibeli dengan uang. Sogok menyogok menjadi hal biasa. Kondisi ini
membuat pemerintahan Daulah Abbasiyah rusak di semua bidang.
Pemerintahan Abbasiyah mengalami perubahan menjadi sistem
desentralisasi. Banyak daerah yang jauh dari Baghdad memilih
memisahkan diri. Mereka mendirikan negara sendiri tetapi masih
mengakui kekhalifahan Abbasiyah sebagai pemimpin agama. Pengakuan
itu ditunjukkan dengan mendoakan khalifah di mimbar masjid. Nama
khalifah juga ditulis di atas nama sultan lokal pada uang yang dicetak.
Sebagian daerah masih mengirimkan pajak atau upeti ke Baitul Mal di
Baghdad. Tindakan-tindakan ini menunjukkan bahwa Daulah
Abbasiyah masih dianggap sebagai pemimpin umat Islam, walaupun
secara politik mereka sudah tidak punya kekuatan penuh.
Luasnya wilayah kekuasaan membuat pemerintah pusat di Baghdad
kesulitan dalam mengontrol daerah-daerah jauh. Sarana komunikasi dan
transportasi belum memadai. Penyampaian informasi bisa memakan
waktu lama. Untuk mengatasi masalah ini, kekuasaan dibagi. Khalifah
Harun al-Rasyid, misalnya, memberikan kekuasaan kepada dua
anaknya. Al-Amin memerintah wilayah barat, sedangkan Al-Ma’mun di