Page 15 - Simulasi, Derteksi, dan Intervensi dini tumbuh kembang anak
P. 15

PEDOMAN PELAKSANAAN
             Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar



              Pencegahan  sekunder  dilakukan  dengan  melakukan  pemantauan  pertumbuhan  dengan  teknik  dan
              interpretasi yang benar untuk mendeteksi at risk of failure to thrive (FTT) dan early adiposity rebound.
              Tanda dan gejala kondisi medis (red flags) yang dapat menjadi penyebab FTT juga harus dievaluasi.
              Pencegahan tersier diterapkan jika diagnosis gizi kurang, gizi buruk, dan possible risk of overweight
              mampu ditatalaksana di layanan primer dan dirujuk bila terdapat penyulit.
              Stimulasi yang tepat  dan adekuat akan merangsang otak anak sehingga perkembangan kemampuan
              gerak,  bicara  dan  bahasa,  sosialisasi  dan  kemandirian,  serta  perilaku  dan  emosi  pada  anak
              berlangsung  optimal  sesuai  dengan  umurnya.  Deteksi  dini  penyimpangan  tumbuh  kembang  perlu
              dilakukan  guna  mengetahui  adanya  kemungkinan  penyimpangan  termasuk  menindaklanjuti  setiap
              keluhan  orang  tua  terhadap  masalah  tumbuh  kembang  anaknya.  Apabila  ditemukan  adanya
              kemungkinan  penyimpangan,  maka  dilakukan  intervensi  dini  sebagai  tindakan  koreksi  dengan
              memanfaatkan plastisitas otak anak sehingga tumbuh kembangnya diharapkan akan kembali normal
              atau penyimpangannya tidak menjadi semakin berat. Apabila anak perlu dirujuk, maka rujukan juga
              harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan indikasi.
              Kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh
              dan  terkoordinasi  diselenggarakan  dalam  bentuk  kemitraan  antara  keluarga  (orang  tua,  pengasuh
              anak,  dan  anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga
              swadaya masyarakat,  dan  sebagainya)  dengan  tenaga  profesional  (kesehatan,  pendidikan,  dan  sosial),
              akan  meningkatkan  kualitas  tumbuh  kembang  anak  umur  dini  dan  kesiapan  memasuki  jenjang
              pendidikan  formal.  lndikator  keberhasilan  pembinaan  tumbuh  kembang  anak  tidak  hanya
              meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental, emosional, sosial dan kemandirian
              anak berkembang secara optimal.

              Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan lkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
              telah menyusun instrumen stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang untuk anak umur 0
              sampai  dengan  6  tahun,  yang  diuraikan  dalam  Pedoman  Pelaksanaan  Stimulasi,  Deteksi,  dan
              lntervensi  Dini  Tumbuh  Kembang  (SDIDTK)  Anak  di  Tingkat  Pelayanan  Kesehatan  Dasar.  Untuk
              mendukung  implementasinya,  maka  pada  tahun  2016  telah  dilakukan  revisi  pada  pedoman
              tersebut  dengan  menggabungkan  buku  pedoman  pelaksanaan dan instrumen SDIDTK agar lebih
              sederhana  dan  memudahkan  pelayanan.  Pada  revisi  tahun  2021,  buku  SDIDTK  dilengkapi  dengan
              konsep pola pengasuhan anak (Nurturing Care), penjelasan lebih detail terkait pertumbuhan anak dan
              pemberian  gizi  yang  baik  dan  benar,  serta  stimulasi  dan  intervensi  dini  perkembangan  anak  yang
              dapat  diterapkan  di  tingkat  layanan  kesehatan  dasar.  Dengan  demikian,  diharapkan  semua  bayi,
              balita, dan anak prasekolah akan mendapatkan pelayanan SDIDTK.

          2.  Sasaran

              Sasaran pedoman adalah:

              1.  Tenaga kesehatan pelaksana Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
                 (dokter, bidan, perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan)
              2.  Kepala Puskesmas pelaksana SDIDTK
              3.  Pengelola program kesehatan keluarga Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi






             2
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20