Page 25 - E-Modul Urban Heritage Versi 1
P. 25
Peletakan batu pertamanya dilaksanakan pada hari Anggara Umanis wuku Uye tanggal 7 Mei
1974, oleh Bapak Drh. Tjok Gede Dalem Pudak selaku Ketua Panitia Pembangunan Pura dan
didampingi oleh Pak Nias dan di saksikan juga oleh seluruh umat Hindu yang ada di Kota
Bandar Lampung saat itu. Setelah pembangunan berjalan Gubernur Lampung yang pada saat
itu dijabat oleh bapak Yasir Adibroto Pada Tanggal 15 Oktober 1980 berkenan hadir untuk
meninjau pembangunan Pura dimaksud. Berdasarkan keputusan Loka Sabha pertama
Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Lampung tanggal 30 Juni 1981 diputuskan bahwa
Pura Kahyangan Jagat Kerthi Bhuwana adalah berstatus Pura Provinsi yang merupakan Pura
Pusat bagi umat Hindu di Provinsi Lampung, berfungsi sebagai pelinggih persimpangan Ida
Betara di Pura Besakih Bali. Umat yang beribadah ke pura ini tidak hanya dari wilayah Kota
Bandar Lampung saja, tetapi dari luar kota juga ramai yang datang ke Pura Kerthi Bhuwana.
Pura seluas 5.000 meter persegi ini dibagi menjadi tiga mandala yaitu nista mandala, madya
mandala dan utama mandala. Pada bagian nista mandala (terluar) terdapat bale kulkul
setinggi 7 meter. Setelah masuk lebih ke dalam, tepatnya di bagian madya mandala di sana
terdapat sebuah pelinggi Dewa Ganesha sebagai Dewa Penghalang segala rintangan. Selain
pelinggih Ganesha, di madya mandala juga terdapat bangunan yang menyerupai wantilan.
Sedangkan di bagian utama mandala, terdapat beberapa bangunan pelinggih seperti
padmasana, pelinggih gedong, bale pelik, panglurah, bale pemiosan, wantilan, dan bale gong.
2.1.2. Historiografi Kolonial
1. Gedong Air
Gambar 6. Gedong Air
Benteng PDAM atau biasa yang disebut bangunan gedung air merupakan tempat
penampungan air yang dibangun pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda pada tahun
1920. Berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Gedong Air, Kecamatan Tanjung Karang
Modul Pembelajaran Sejarah 19