Page 24 - Literasi Keuangan dalam Perspektif Islam - Kusumadyahdewi
P. 24
Ayat-ayat di atas menuntun kita untuk hidup dengan
wajar, tidak terlalu bermewah-mewah dan tidak pula terlalu
kikir, tetapi diantara keduanya sesuai kemampuan masing-
masing. Konsumsi yang dilakukan hendaknya berdasarkan
keimanan yang dimiliki sehingga dapat dijadikan pengendali
dalam diri manusia. Keimanan kita akan mempengaruhi kuantitas
dan kualitas konsumsi, sehingga pengeluaran yang dilakukan
lebih bermanfaat, tidak hanya duniawi saja tetapi juga ukhrawi.
Hal ini diperjelas juga dalam surat A-Isra’ ayat 18 :
ۡ
ۡ
ُ
ُ
ُه لَانلع جََّمثَديرُْنَنم لَُءٓا شنَامَاهي ف َ ُه لَانلَّجع ََ َ ة ل جاعلٱ ۡ ََديرُيَ نا ك ََ نَّم
َ ۥ َ
َ ۥ ََ
ُ
ۡ
َ َ َ ١٨ َا ٗ روُحۡدَّمَا ٗ موُمذمَاه ى ل ۡ ص يَمَّنه ج
Artinya : “Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang
kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami
tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam
keadaan tercela dan terusir”.
Berdasarkan kemampuan keuangan yang kita miliki maka
sangat penting untuk memilah kebutuhan berdasarkan
perencanaan yang telah ditetapkan. Pengeluaran keuangan inilah
yang harusnya disesuaikan dengan tujuan hidup. Proses mencapai
tujuan hidup seseorang ini, melalui manajemen keuangan secara
terintegrasi dan terencana.
Perencanaan keuangan meliputi:
1. Manajemen arus kas;
2. Perencanaan investasi;
13