Page 27 - E-Modul Berbasis Masalah Pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh_Neat
P. 27
B a c a l a h k u t i p a n a r t i k e l b e r i k u t , k e m u d i a n t u l i s k a n p e r m a s a l a h a n y a n g
k a l i a n t e m u k a n p a d a k u t i p a n t e r s e b u t .
G a m b a r 1 0 . K o n d i s i T u b u h S e o r a n g P e n d e r i t a T B C
S u m b e r : h t t p s : / / w w w . b b c . c o m
Kasus TBC Tinggi Karena Perbaikan Sistem Deteksi dan Pelaporan
Jakarta, 29 Januari 2024
Komitmen Indonesia dalam men atasi tuberkulosis (TBC) dibuktikan
dengan memperbaiki sistem deteksi dan pelaporan sehingga tercapai
notifikasi kasus tertinggi sepanjan sejarah pada 2022 dan 2023.
Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada 2022, dan jumlahnya
meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023. Jumlah ini jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kasus sebelum pan emic yan rata-rata penemuannya
dibawah 600.000 per tahun.
Deteksi TBC mirip dengan deteksi COVID-19, yakni jika tidak dites,
dideteksi, dan dilaporkan maka an kany a terliha t ren ah sehingga terjadi
under reporting, yang mengakibatkan pen idap TBC berkeliaran dan
berpotensi menularkan karena tidak diobati.
“Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC hanya men apai 40-45% dari
estimasi kasus TBC jadi masih bany ak kasus yang belum ditemukan atau juga
belum dilaporkan,” kata Direktur Pen egaha n dan Pengen alian Penyakit
Menular dr. Imran Pambudi di Jakarta, Senin (29/1/2024).
Jika lebih banyak lagi yang terdeteksi maka potens i pengidap dapat
disembuhkan akan meningkat dan daya tular dapat ditekan
Sebagai upaya perbaikan, Kementerian Kesehatan melakukan perbaikan
sistem deteksi dan pelaporan agar data men adi real time. Selain itu,
laboratorium/fasilitas kesehatan dapat melaporkan langsung dari sehingga
data dan penemuan kasus menjadi lebih baik.
“Hasilnya, dari 60% kasus yang tadinya tidak temukan saat ini hanya 32%
kasus yang belum ditemukan. Oleh karen itu, laporan atau no tifikasi kasus
juga menjadi lebih baik karen men mukan lebih bany ak sesuai angka
perkiraan yang diberikan WHO,” kata dr. Imran
2 0