Page 18 - E-BOOK
P. 18
Birokrat Senior Bekerja dengan Hati “Antara Biografi dan Karya Pengabdian”
Selama tinggal di asrama, pergaulan Frans Pekey menjadi semakin luas. Di mana dia
berkesempatan untuk bisa bersosialisasi dengan siswa-siswa dari wilayah lainnya.
Apalagi kala itu dia juga tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), hal
itu menuntut Frans Pekey untuk mengenal dan bergaul dengan siswa-siswa lainnya
di sekolahnya.
“Misalnya (siswa) dari Paniai, dari Wamena, dari Merauke, dari Sorong, dari Fak-Fak,
dari Mimika. Selain itu, ada juga dari luar Papua, dari Kei, Tanimbar, dari Toraja,
dari Jawa dan lainnya. Semua tinggal di asrama dan membaur. Komunikasinya juga
berbaur dan tidak ada sekat-sekat,” kenangnya.
Bagi Frans Pekey, meski terpisah jauh dari orang tua, kehidupan di asrama sangat
berkesan. Di mana pada asrama tersebut, setiap kamar diisi oleh empat orang anak
dengan dua tempat tidur bertingkat. Ada berbagai kejadian lucu, menarik dan tak
terlupakan yang masih melekat hingga kini di dalam ingatan Frans Pekey.
“Misalnya sering terjadi pada malam hari saat tidur malam, ketika salah satu anak 17
bermimpi dan “ketindihan,” lalu dia berteriak. Maka teman-teman sekamar lainnya
kaget dan bangun, sekaligus ikut berteriak ramai-ramai. Hal itu sontak membuat
anak-anak di kamar lainnya ikut berteriak dan takut. Kami lalu keluar kamar,
bahkan ada yang tidak tidur sampai pagi hari,” kenang Frans Pekey.
Pergaulan dengan siswa-siswa lainnya di asrama membentuk sifat dan kepribadian
Frans Pekey menjadi lebih dinamis dan terbuka akan perbedaan. Sehingga dirinya
menjadi lebih mudah beradaptasi, dan cenderung untuk selalu ingin maju serta
melakukan perubahan yang lebih baik.