Page 74 - Kliping Ketenagakerjaan 25 April 2019
P. 74
Dia mengindikasikan ada enam tuduhan yang kerap dialamatkan, yaitu status
ketenagakerjaan, dialog sosial antara perusahaan dan pekerja, keselamatan dan
kesehatan kerja, mempekerjakan anak, upah yang minim, dan lemahnya pengawasan
pemerintah.
"Diserang dengan isu lingkungan saja, kita sudah kewalahan. Ditambah lagi isu anak
dan pekerja. Kalau ini terus dipersoalkan, tidak terbayang dampaknya," katanya.
Namun, Sumarjono menyayangkan sikap pemerintah yang kerap apatis terhadap
tuduhan negatif ketenagakerjaan dalam industri andalan nasional tersebut.
Menurutnya, sering kali pemerintah mengabaikan isu krusial ini. Dia menyebutkan isu
tenaga kerja tidak akan selesai dengan sendirinya dan itu akan menjadi senjata lain
untuk menyerang minyak sawit oleh pihak asing.
"Pemerintah belum melihat tenaga kerja sebagai sesuatu yang diperhatikan serius.
Hal itu terlihat pada saat moratorium tidak melibatkan Kementerian Tenaga Kerja dan
fokus pada evaluasi perizinan dan peningkatan produktivitas," katanya.
Dari sisi bisnis, lanjutnya, kalau isu negatif tidak bisa diselesaikan maka akan
membuat iklim investasi ikut meredup. Sementara pada saat yang bersamaan, upah
kerja terus meningkat 8% per tahun.
Dengan begitu, Sumarjono menyimpulkan industri sawit tengah dalam bahaya.
Pasalnya, biaya operasional untuk upah pekerja terus naik, tapi harga sawit fluktuatif
dan produktivitas kebun cenderung stagnan.
Irham Ali Saifudin, Country Office The International Labour Organisation (ILO)
Indonesia dan Timor Leste, mengakui dalam jangka pendek serta jangka panjang
akan berdampak kepada pekerja yang mencapai 16 juta pekerja.
Ini berpengaruh karena Eropa termasuk pembeli utama. Oleh karena itu, dia
menyarankan perlu dibuat formulasi strategi yang baik untuk memperkuat aspek
positif informasi sawit. Selain itu, perlu juga industri menunjukkan iktikad baik dalam
rangka memperbaiki tata kelola perkebunan.
Page 73 of 119.