Page 13 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 JUNI 2020
P. 13

terjadi dan akan menjadi masukan bagi manajemen  pelaksana. "Benar (terjadi), masukan ICW
              sendiri perlu ditelaah," ucap dia.

              Panji juga menyatakan pihaknya sudah mengundang ICW untuk berdiskusi ihwal persoalan ini.
              Dia juga mengingatkan bahwa Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja selama ini yang berwenang
              melakukan kurasi final dan menetapkan lembaga pelatihan. Penetapan ' lembaga pelatihan tidak
              berada  di  tangan  platform  digital.  "Pemahaman  masih  banyak  yang  belum  utuh  atau
              pemantauan belum komprehensif, karena baru mulai," kata dia.
              Vice President of Corporate Communications Ibkopedia, Nuraini Razak, menyatakan belum bisa
              menjawab tudingan ICW itu. "Mohon maaf, boleh tidak saya jawab via WhatsApp?" kata Nuraini.
              Namun, hingga kemarin malam, ia tak kunjung mengirim pesan kepada Tempo.

              9 AVIT HIDAYAT | ANDITA RAHMA

              caption:
              Warga mendaftar program Kartu Prakerja gelombang kedua di Jakarta, 20 April lalu.


              Lima PersoaBaim BCarty Prakerja
              PROGRAM Kartu Prakerja yang diluncurkan pada Maret lalu tak pernah sepi dari polemik. Dari
              desain program, kebijakan, proses pengadaan dan pemilihan mitra, hingga implementasinya
              dipenuhi  kontroversi.  Indonesia  Corruption  Watch  menemukan  berbagai  masalah  dalam
              program berbiaya Rp 20 triliun ini.

              1. Peran ganda platform digital

              Terdapat 850 jenis pelatihan yang diselenggarakan 147 lembaga pelatihan. Lembaga pelatihan
              itu tersebar pada delapan mitra platform digital yang ditunjuk pemerintah, yakni Skill Academy,
              Bukala-pak, Tokopedia, Pijar Mahir, Pintaria, Kementerian Ketenagakerjaan, Sekolah.mu, dan
              MauBelajarApa.

              Dari ratusan jenis pelatihan itu, terdapat 137 pelatihan yang diselenggarakan lembaga pelatihan
              yang  merangkap  platform  digital  atau  kolaborator  Prakerja.  Peran  ganda  ini  berpotensi
              melahirkan konflik kepentingan.

              2. Tidak ada standar harga

              Ratusan jenis pelatihan memiliki rentang harga dari gratis hingga Rp 1 juta. Beberapa jenis
              pelatihan  memiliki  materi  yang  sama,  tapi  dengan  tarif  yang  berbeda-beda.  Tidak  adanya
              transparansi dan standar membuat harga dipatok berdasarkan standar lembaga pelatihan.
              3. Besaran komisi platform digital tidak jelas

              Pemerintah  tidak  mengatur  besaran  komisi  wajar  yang  berhak  diterima  platform  digital.
              Peraturan  Menteri  Koordinator  Perekonomian  Nomor  3  Tahun  2020  hanya  menyebutkan
              platform digital diperbolehkan mengambil komisi yang wajar dari lembaga pelatihan.

              4. Kualifikasi lembaga pelatihan diragukan
              Sejumlah lembaga pelatihan diduga tidak memiliki pengalaman menggelar pelatihan.

              5. Potensi afiliasi politik

              ICW mendapati tiga lembaga pelatihan terafiliasi secara politik dengan pemerintah. Lembaga-
              lembaga itu didirikan mantan Staf Khusus Presiden Joko Widodo, mantan anggota tim kampanye
                                                           12
   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18