Page 21 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 JUNI 2020
P. 21
Ada banyak cara mengurangi karyawan di tempat kerja tanpa mengurangi produktivitas.
Perusahaan dan industri yang belum menerapkan pembagian waktu kerja dapat meniru langkah
sejumlah kementerian dan kantor pemerintahan yang mengatur pegawainya masuk secara
bergantian per pekan. "Jadi, seminggu masuk, seminggu libur," kata Amanda, pegawai
Kementerian Kelautan dan Perikanan, kemarin.
Pembagian waktu kerja menjadi .krusial pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
transisi yang bergulir mulai Senin lalu di Ibu Kota. Pemerintah DKI Jakarta mewajibkan
perusahaan yang pegawainya kembali ngantor---setelah bekerja dari rumah sejak Maret lalu---
membatasi kehadiran karyawannya maksimal 50 persen. Jumlah itu harus dibagi dalam minimal
dua kelompok dengan waktu kerja berlainan atau sif.
Masalahnya, sistem kerja baru ini belum banyak diterapkan perusahaan.
Akibatnya,terjadipenumpukan penumpang kereta komuter di hari pertama PSBB transisi pada
jam masuk dan bubaran kantor.
Karina Roesdi, karyawan perusahaan teknologi di Jakarta Barat, mengatakan tempat kerj anya
mulai kembali beroperasi' per awal pekan ini. Namun, kewajiban itu hanya berlaku pada level
pengawas dan manajer, sedangkan staf berlanjut bekerja dari rumah. "Mereka ke kantor kalau
ada kebutuhan urgen saja," ujar perempuan berusia 32 tahun itu.
Dia mengatakan kantornya menerapkan protokol kesehatan seperti apa yang digariskan
pemerintah DKI. Dari kewajiban bermasker, mengurangi penumpang lift, hingga imbauan
membawa alat makan per-orangan. "Kantor kami concem dengan kesehatan semua kaiyawan
tanpa kecuali," kata Karina.
Menurut dia, selama dua hari ini, kantornya tidak menemui kendala dalam menerapkan semua
protokol kesehatan tersebut. "Karena semua karyawan paham situasi ini," ujar Karina. "Sebelum
memutuskan kembali bekerja di kantor, kami juga bertemu orang-orang lingkungan sekitar
untuk melakukan penilaian," ujarnya.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia DKI Jakarta Sarman Simanjorang
menyatakan pengusaha tidak mendapat kesulitan dalam menerapkan protokol kesehatan di
kantor. Mereka tinggal membentuk tim gugus tugas di masing-masing kantor, lalu mengikuti
sederet ketentuan yang telah digariskan pemerintah DKI. Selanjutnya, Sarman melanjutkan,
bergantung pada para pekerja untuk menentukan kesuksesan pengendalian virus corona di
tempat kerja.
Sarman mengatakan masih banyak juga perusahaan yang melanjutkan work from home sampai
batas waktu yang tidak ditentukan. Mereka menganggap bekerja dari rumah tidak mengurangi
produktivitas dan merupakan cara terbaik menanggulangi Covid-19.
Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja DKI, terdapat lebih dari 184 ribu pekerja yang
menjalankan work from home selama pembatasan sosial. Jumlah itu ditambah 879 ribu orang
dari 2.615 perusahaan yang mengurangi sebagian kegiatannya akibat wabah virus corona.
Sebagian dari mereka kembali ke sentra perkantoran dan industri Ibu Kota mulai awal pekan
ini.
Selain penumpukan penumpang angkutan umum, lalu lintas jalan raya kembali macet.
Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya menyebutkan terjadi
peningkatan kepadatan di Jalan Jenderal Sudirman sebanyak 94,5 persen dan Jalan M.H.
Thamrin, 102 persen.
* INGE KLARA | M. YUSUF MANUkUNG
20