Page 34 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 34

negative - Andi Nur Bau Massepe (Pengamat Ekonomi Unhas) nilainya. Dijelaskannyakalaulabor
              cost Indonesia saat ini relatif mahal dan bahkan tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas.
              Kalau saing jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Salah satunya biaya logistik
              di Indonesia yang saat ini masih di atas 23 persen dari PDB. Sementara Vietnam hanya mencapai
              20 persen dari PDB,Thailand 15persen, serta Jepang dan Singapura ma-sing-masing 8 persen.
              Pemerintah ingin menata agar investasi tumbuh dengan baik



              Ringkasan

              Omnibus Law Cipta Kerja dinilai pro pemodal besar. Imbasnya bisa mengancam keberadaan
              Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dalam omnibus law cipta kerja atau dahulunya dikenal
              Cipta Lapangan Kerja (Cilaka) ada banyak pasal krusial. Selain ketentuan yang menghapus pasal
              pemberian pesangon dalam Undang-UndangUUNomor 13 Tahun2003tentang Ketenagakerjaan,
              juga  pintu  kepentingan  asing.  Khususnya  dalam  pasal  38,  perubahan  UU  Kawasan  Ekonomi
              Khusus (KEK).



              UU CIPTAKER DI PUSARA KAPITALISME

              JAKARTA, FAJAR Omnibus Law Cipta Kerja dinilai pro pemodal besar. Imbasnya bisa mengancam
              keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
              Dalam omnibus law cipta kerja atau dahulunya dikenal Cipta Lapangan Kerja (Cilaka) ada banyak
              pasal  krusial.  Selain  ketentuan  yang  menghapus  pasal  pemberian  pesangon  dalam  Undang-
              UndangUUNomor  13  Tahun2003tentang  Ketenagakerjaan,  juga  pintu  kepentingan  asing.
              Khususnya dalam pasal 38, perubahan UU Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
              Negara bahkan memberikan fasilitas imigrasi dan keamanan bagi pendatang asing untuk masuk
              ke  Indonesia  melalui  KEK.  "Undang-undang  ini  membuka  ruang  besar  bagi  pemodal  besar.
              Termasuk pemodal asing," kata anggota DPR RI, Aliyah Mustika Ilham.

              Politikus  Demokrat  asal  Sulsel  ini,  menilai  undang-undang  yang  dipaksakan  itu  cenderung
              kapitalistik  dan  neoliberalistik.  "Kami  nilai  bertentangan  dengan  semangat  Pancasila  terkait
              aturan  penanaman  modal.  Atur  anyangmemberi  perlindungan  UMKM  dihapus,"  ungkapnya,
              kepada FAJAR, Selasa, 6 Oktober.
              Kata dia, sesuai Undang-Undang nomor 25 tahun 2007, pasal 12 ayat 1 tertera semua bidang
              usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanamanmodal. Kecuali, bidang usaha atau jenis
              usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.

              Padahal,  menurutnya,  undang-undang  penanaman  modal  sudah  mengatur  untuk  memberi
              perlindungan kepada UMKM dari para pemodal besar. "Ada frasa terbuka dengan persyaratan ini
              dihilangkan dalam undang-undang ciptaker," tegasnya.

              Praktis, kata dia, hal ini akan membuat ketidakpastian hukum dan terjadinya pasar bebas dalam
              bidang  usaha  yang  selama  ini  terbu-kadengan  persyaratan  bersifat  kemitraan.  "Juga,
              dicadangkan untuk UMKM dan koperasi. Seperti sektor pertanian, kehutanan, pariwisata dan
              ekonomi kreatif dan sebagainya," bebernya.

              Ditambahkan,  anggota  DPR  RI,  Benny  K  Harman,  undang-undang  ciptaker  ini  lebih  banyak
              mengakomodasi  kepentingan  pebisnis.  Sedangkan,  kelompok  rentan  seperti  nelayan,  petani,
              pekerja, UMKM, sama sekali tidak diperhatikan.



                                                           33
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39