Page 63 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 JUNI 2020
P. 63

Baik PHK karena alasan efisiensi atau pailit, perusahaan harus membayarkan sejumlah uang,
              seperti uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Uang itu bisa dibayarkan secara
              langsung  oleh  perusahaan  atau  melalui  dana  pensiun  lembaga  keuangan  (DPLK),  jika
              perusahaan tersebut mengikuti program dana pensiun.



              MENGUKUR PAJAK PESANGON & MANFAAT PENSIUN

              Kondisi pandemi virus Covid-19 mulai pengujung kuartal 1/2020 telah menyebabkan gelombang
              pemutusan  hubungan  kerja  (PHK)  di  berbagai sektor,  seiring  dengan  tersendatnya  aktivitas
              perekonomian.  Dengan  kondisi  tersebut,  pemberi  kerja  tetap  harus  memberikan  hak  dan
              melaksanakan kewajibannya kepada pekerja yang diberhentikan.

              Baik PHK karena alasan efisiensi atau pailit, perusahaan harus membayarkan sejumlah uang,
              seperti uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja. Uang itu bisa dibayarkan secara
              langsung  oleh  perusahaan  atau  melalui  dana  pensiun  lembaga  keuangan  (DPLK),  jika
              perusahaan tersebut mengikuti program dana pensiun.

              Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, telah terdapat 2,7 pekerja yang mengalami
              PHK selama masa pandemi. Namun demikian, sebagaimana dikemukakan Asosiasi Pengusaha
              Indonesia (Apindo), banyak perusahaan berada dalam kondisi serba sulit. Mereka tidak bisa
              melakukan  PHK  karena  tidak  memiliki  cukup  uang  untuk  membayar  pesangon,  tetapi  juga
              kesulitan untuk membayar gaji sehingga para pekerja dirumahkan.

              Menurut VP Head of Pension DPLK Avrist Firmansyah, kondisi tersebut menjadi momentum bagi
              perusahaan untuk mengelola dana pensiun karyawannya melalui DPLK.

              Salah satu manfaat yang bisa diperoleh perusahaan jika menggunakan DPLK, adalah pengenaan
              tarif pajak yang lebih rendah.
              'Ada  perbedaan  tarif  pajak  manfaat  pensiun  antara  DPLK  dan  pesangon.  Tkrif  pajak  bagi
              [manfaat  pensiun]  DPLK  itu  mencapai  5%,  sehingga  dengan  hasil  perhitungan  (manfaat
              pensiun) yang sama, manfaat yang diperoleh pekerja akan lebih besar," ujar Firmansyah pada
              Selasa (16/6).
              Hal tersebut diatur dalam dua regulasi, pertama yakni Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tarif
              Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon Uang Manfaat Pensiun
              TUnjangan Hari TUa dan Jaminan Hari TUa Yang Dibayarkan Sekaligus.

              Regulasi  kedua  yang  mengaturnya  adalah  Peraturan  Menteri  Keuangan  (PMK)  No.
              16/PMK.03/2010 Tentang Tata Cara Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang
              Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, TUnjangan Hari TUa, dan Jaminan Hari TUa yang Dibayar
              Sekaligus.

              Firmansyah menjelaskan jika manfaat pensiun yang diterima peserta kurang dari sama dengan
              Rp50 juta, tidak terdapat pajak yang perlu dibayarkan. Jika manfaat pensiun itu berkisar Rp50
              juta-RplOO juta maka pajaknya sebesar 5%, baik bagi pesangon maupun manfaat pensiun.

              Perbedaan muncul dalam nominal yang lebih besar. Jika manfaat pensiun pekerja Rp 100 juta-
              Rp500  juta,  pajak  yang  dikenakan  terhadap  pembayaran  melalui  pesangon  sebesar  15%,
              sedangkan jika melalui DPLK tetap 5%.

              Adapun, jika manfaat pensiun yang harus dibayarkan kepada pekerja berada di atas Rp500 juta,
              terdapat pajak 25% jika dibayarkan melalui pesangon dan hanya 5% jika dibayarkan melalui


                                                           62
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68