Page 78 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2021
P. 78

RAPAT TERTUTUP, DPR MINTA BPJS TK HATI-HATI KELOLA DANA PEKERJA

              Komisi IX DPR RI meminta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan untuk
              berhati-hati  terkait  pengelolaan  dana  pekerja  yang  mencapai  Rp514,71  triliun  pada  Agustus
              2021.

              Permintaan  itu  disampaikan  saat  mengadakan  rapat  kerja  secara  tertutup  bersama  dengan
              Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko
              Cahyo pada Senin (4/10/2021).

              “Terkait investasi dana prinsipnya sesuai asas kehati-hatian sebagaimana ada dalam UU BPJS
              dan aturan hukum lain yang berlaku,” kata Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena melalui
              pesan tertulis kepada Bisnis selepas raker itu.

              Berdasarkan laporan kesimpulan rapat yang diterima Bisnis, Komisi IX mendesak Direksi BPJS
              Ketenagakerjaan untuk memastikan keamanan dana dengan hasil investasi yang memadai dan
              menghindari penempatan investasi yang berpotensi menimbulkan kerugian.

              “Instrumen  yang dipilih sesuai  mekanisme  yang  diatur  dalam  aturan  direksi  oleh tim komite
              investasi,” kata Melki.

              Bisnis  mencoba  menghubungi  Anggoro  untuk  mengetahui  pembahasan  dalam  rapat  kerja
              tertutup  tersebut  melalui  sambungan  telepon  dan  pesan  tertulis  namun  tidak  mendapat
              tanggapan hingga berita ini dinaikkan.
              Sebelumnya,  Sekjen  Organisasi  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (OPSI)  Timboel  Siregar  meminta
              Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  atau  BPJS  Ketenagakerjaan  meningkatkan  alokasi
              pengelolaan dana pada instrumen saham dan reksadana. Timboel beralasan imbal hasil dari dua
              instrumen itu relatif lebih tinggi dibandingkan surat beharga negara (SBN) dan deposito.
              Adapun, alokasi pengelolaan dana di BPJS Ketenagakerjaan lebih banyak disalurkan pada SBN
              sekitar 63,1 persen, sementara pada instrumen saham berada di posisi 15,9 persen, deposito
              mencapai 12,2 persen, reksadana sebesar 8,3 persen, properti sebesar 0,4 persen dan sisanya
              pada penyertaan langsung sebesar 0,1 persen.

              “Tentunya  ini  masih  terkendala  dengan  adanya  penyidikan  oleh  Kejaksaan  Agung  mengenai
              unrealized loss yang hingga kini belum selesai. Belum selesaianya kasus penyidikan di Kejaksaan
              Agung  menyandera  direksi  baru  BPJS  Ketenagakerjaan  untuk  menambah  dana  investasi  di
              saham dan reksadana,” kata Timboel melalui keterangan tertulis kepada Bisnis, Jakarta, Senin
              (4/10/2021).

              Kendati demikian, dia menegaskan, imbal hasil dari SBN cenderung stabil di kisaran 6,6 hingga
              6,7 persen untuk tenor 10 tahun. Menurut dia, imbal hasil itu lebih rendah dari pengelolaan dana
              di  instrumen  saham  dan  reksadana.  Hanya  saja,  tingkat  keamanan  SBN  relatif  lebih  tinggi
              dibandingkan saham yang bersifat fluktuatif.

              “Namun  demikian  saham  yang  dibeli  BPJS  Ketenagakerjaan  adalah  saham-saham  unggulan,
              kategori saham LQ45, yang memang masih berpotensi memberikan imbal hasil di atas 10 persen
              pada masa pendemi ini,” kata dia.

              Sampai 31 Agustus 2021, realisasi hasil investasi dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan sebesar
              Rp22,48 triliun atau sekitar 60,11 persen dari target Rp37,40 triliun. Bila mengacu pada target,
              dia menggarisbawahi, semestinya secara rata-rata di akhir Agustus realisasi investasi mencapai
              Rp 24,93 triliun.



                                                           77
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83