Page 106 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 NOVEMBER 2021
P. 106

MENAKER TETAPKAN UMP 2022 HANYA NAIK 1,09%

              Jakarta, Nawacita – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyampaikan bahwa
              kenaikan  Upah  Minimum  Provinsi  (UMP)  2022  sebesar  rata-rata  1,09%.  Kenaikan  tersebut
              berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 36 tahun 2021 tentang pengupahan.

              “Setelah melakukan simulasi, tentu akan ditetapkan gubernur, nilainya berdasarkan data BPS
              rata-rata kenaikan upah minimum 1,09%. Ini rata-rata nasional, kita tunggu saja para gubernur,”
              kata Ida dalam konferensi pers, Selasa (16/11/2021).

              “Seluruh kepala daerah dapat menetapkan UMP/UMK,” sambungnya.

              Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  mengatakan  penetapan  Upah  Minimum  (UM)  Tahun
              2022, berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan aturan turunannya PP No.
              36  Tahun  2021  tentang  Pengupahan,  bertujuan  untuk  memberikan  perlindungan  kepada
              pekerja/buruh agar upahnya tidak dibayar terlalu rendah akibat posisi tawar mereka yang lemah
              dalam pasar kerja.

              Lebih  lanjut,  Ida  Fauziyah  menjelaskan  UM  berdasarkan  PP  No.  36  Tahun  2021  hanya
              berdasarkan wilayah, yaitu Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota
              (UMK).

              Tidak ada lagi penetapan UM berdasarkan sektor, namun UMS yang telah ditetapkan sebelum 2
              November 2020 tetap berlaku hingga UMS tersebut berakhir atau UMP/UMK di wilayah tersebut
              telah lebih tinggi.

              “Dengan  demikian  UMS  tetap  berlaku  dan  harus  dilaksanakan  oleh  pengusaha,”  ujar  Ida
              Fauziyah.

              Sesuai SE Mendagri 561/6393/SJ perihal penetapan UM tahun 2022 kepada seluruh gubernur,
              Ida Fauziyah meminta Gubernur harus menetapkan UMP paling lambat tanggal 21 November
              2021.  Namun  mengingat  21  November  merupakan  hari  libur  nasional maka  penetapan  UMP
              harus dilakukan paling lambat 1 hari sebelumnya, yaitu 20 November 2021.

              “Dalam menetapkan UMK, maka harus dilakukan Gubernur paling lambat tanggal 30 November
              2021 dan dilakukan setelah penetapan UMP,” ujarnya.

              Ida  menjelaskan,  penetapan  upah  minimum  bila  tak  sesuai  perundangan,  maka  berpotensi
              menurunkan daya saing, khususnya kepastian hukum. Ia menilai, bila upah minimum ditetapkan
              terlalu tinggi dari ketentuan, maka berpotensi menurunkan kesempatan kerja.

              Selain itu, menurutnya bisa memicu pemutusan hubungan kerja, apalagi situasi saat ini masih
              pandemi. Tak hanya itu, Ida mengingatkan kepada seluruh gubernur untuk mengikuti aturan
              upah minimum dari pemerintah pusat. Jika tidak, ada sanksi yang bakal mengintai.

              “Ada  sanksi  diberikan ke  kepala daerah  yang  tidak  memenuhi  kewajiban,  akan dapat  sanksi
              administrasi, dan ada di surat edaran (SE) tersebut dijelaskan sanksi teguran tertulis, kemudian
              sampai terberat pemberhentian sementara dan permanen. Ini mengacu ketentuan UU Nomor 23
              Tahun 2014,” imbuhnya.

              Penulis: Alma Fikhasari






                                                           105
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111