Page 231 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 NOVEMBER 2021
P. 231

Ringkasan

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menjelaskan bahwa ijazah bukan satu-satunya
              benda sakral yang dibutuhkan untuk memperoleh pekerjaan. Dia menyampaikan hal tersebut
              saat menjelaskan tingginya penduduk bekerja Indonesia yang pendidiknya SMP ke bawah. Ida
              awalnya  menjelaskan  bahwa  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  adalah  hilir  dari
              kebijakan  pendidikan.  Maksudnya,  tugas  utama  kementerian  yang  dia  pimpin  lebih  kepada
              Ketenagakerjaan.



              MENAKER SEBUT IJAZAH NANTI 'NGGAK NGARUH' LAGI BUAT CARI KERJA

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menjelaskan bahwa ijazah bukan satu-satunya
              benda sakral yang dibutuhkan untuk memperoleh pekerjaan. Dia menyampaikan hal tersebut
              saat menjelaskan tingginya penduduk bekerja Indonesia yang pendidiknya SMP ke bawah.

              Ida  awalnya  menjelaskan  bahwa  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  adalah  hilir  dari
              kebijakan  pendidikan.  Maksudnya,  tugas  utama  kementerian  yang  dia  pimpin  lebih  kepada
              Ketenagakerjaan.

              "Bapak dan Ibu yang saya hormati, Kementerian Ketenagakerjaan ini kalau dibilang hulu-hilir
              maka  sebenarnya Kementerian  Ketenagakerjaan  adalah  hilir dari kebijakan  pendidikan.  Kami
              menerima proses pendidikan, tentu proses pendidikan ini tidak dilakukan 5-10 tahun tapi proses
              lama yang dilakukan oleh pemerintah negara kita," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi IX
              DPR RI, Senin (15/11/2021).

              Namun dia menegaskan bahwa bukan berarti pihaknya menghindar dari tanggung jawab. Tugas
              yang dilakukan Kemnaker dalam menyikapi tingginya pekerja dengan tingkat pendidikan SD-SMP
              adalah mendorong kompetensinya.

              "Kalau ukuran kompetensi maka ukurannya adalah sertifikasi kompetensi. Boleh saja mereka
              memiliki pendidikan SMP/SD tapi mereka ditingkatkan kapasitasnya, ditingkatkan kompetensinya
              melalui  skilling,  mungkin  upskilling,  mungkin  juga  reskilling,  kemudian  distandarisasi  dengan
              sertifikasi," jelasnya.

              "Kalau ini bisa kita lakukan mungkin sekarang dan kedepannya ijazah menjadi tidak begitu berarti
              kecuali untuk kepentingan yang lain ya, menjadi tidak begitu berarti karena seseorang itu diukur
              karena kompetensinya," sambung Ida.

              Dalam rangka itu, lanjut dia, sekarang pemerintah sedang menyelesaikan rancangan peraturan
              presiden terkait pendidikan dan pelatihan vokasi.Bagaimana rincian rencananya? Buka halaman
              selanjutnya.
              Rancangan  perpres  tersebut  bakal  mengatur  Kemnaker  untuk  memimpin  pelatihan  vokasi,
              sedangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memimpin pendidikan vokasinya.

              Namun, pihaknya tak menampik pentingnya pendidikan formal. Sebab, itu menjadi salah satu
              tolok ukur Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Untuk
              memenuhi itu, mereka yang cuma lulus SD atau SMP bisa mengejar Paket C (setara SMA).

              Di sisi lain, para lulusan SD/SMP yang usianya sudah tidak muda lagi tidak dapat dipaksa untuk
              menempuh  pendidikan  formal.  Jadi  alternatifnya  adalah  peningkatan  kompetensi  dengan
              pelatihan vokasi.




                                                           230
   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236