Page 94 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JUNI 2020
P. 94

"(Yasonna,red) Sudah tahu sendiri banyak kontroversi. Tapi masih aman karena partai," ucap
              Ujang.

              Sedangkan, tim menteri ekonomi di kabinet dinilai tak siap menghadapi krisis akibat pandemi
              ini.

              "Tim  menteri  ekonomi  itu  kan  tak  siap  dalam  menghadapi  Corona.  Akhirnya  kedodoran,"
              jelasnya.

              Tidak  Berani?    Sementara  itu,  Peneliti  Lembaga  Ilmu  Pengetahuan  Indonesia  (LIPI)  Indria
              Samego tidak yakin  Presiden  Joko Widodo  (Jokowi) akan merealisasikan ancaman perombakan
              (reshuffle) kabinet. Meskipun raut muka  Jokowi  terlihat amarah terhadap para menteri yang
              berkinerja buruk dalam menghadapi persoalan Covid-19.

              "Gak  seyakin  raut  wajahnya,"  ujar  Indria  Samego  ketika  dihubungi  Tribunnews.com,  Senin
              (29/6/2020).
              Menurut Indria Samego, walau raut wajah  Jokowi  kelihatan memerah, belum tentu diikuti oleh
              tindakan nyata merombak kabinetnya. Belum lagi imbuh dia,  Jokowi  harus menghadapi elite
              dan partai politik yang turut memenangkannya jadi  Presiden  .

              "Apa berani di melawan orang partai. Sudah pasti, yang disodok itu orang pilihannya.

              Mana mungkin mereka akan digantikan yang lain," jelasnya. Karena itu, Indria Samego tidak
              yakin akan keberanian  Jokowi  akan melakukan perombakan menteri yang tidak berkinerja baik
              di masa krisis pandemi ini.

              "Banyak pejabat pilihannya yang tak terdengar, tapi apa jaminannya yang terpilih kemudian
              akan sesuai harapan. Dari 34 menteri, yang terdengar tak lebih dari 10.
              Sisanya kemana? Segera saja lakukan  reshuffle  , kalau berani," ucapnya.

              Sebelumnya,  Presiden  Joko Widodo  (Jokowi) mengungkapkan rasa jengkelnya terkait kinerja
              para  menteri  yang  masih  menganggap  situasi  saat  ini  dalam  keadaan  normal-normal  saja.
              Padahal,  Presiden  sudah menyebut bahwa dampak pandemi Covid-19 membuat terjadinya
              krisis kesehatan maupun ekonomi. Jokowi bahwa membuka opsi untuk membubarkan lembaga
              maupun melakukan  reshuffle  kabinet jika kinerja menteri tak sesuai apa yang diharapkannya.

              Analisa Refly Harun  Ancaman perombakan atau  reshuffle  kabinet tiba-tiba muncul di tengah
              pandemi  covid-19. Hal itu diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Sidang
              Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Kamis (18/6/2020). Ancaman  reshuffle  itu muncul setelah
              Jokowi  merasa kinerja para menterinya masih biasa-biasa saja, padahal dalam situasi krisis
              seperti sekarang ini.
              Pernyataan terkait reshuflle kabinet itu lantas menuai tanggapan dari berbagai pihak, satu di
              antaranya adalah Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun. Refly mengatakan, bahwa kabinet
              Jokowi  diperiode kedua ini tidak lebih baik dari kabinet pada periode pertama  Jokowi  menjabat
              presiden.
              "Mengenai  reshuffle  kabinet ini, di era kedua pemerintahan  Jokowi  ini saya sesungguhnya
              agak  heran."    "Jokowi  seolah-olah  tertekan  untuk  mengadopsi  sebanyak  mungkin  menteri,"
              terang  Refly,  seperti  dikutip  dari  tayangan  yang  diunggah  di  kanal  YouTube-nya,  Senin
              (29/6/2020).

              Menurut Refly, hal itu terlihat dari portofolio kementerian maksimal 34 orang yang semuanya
              terisi. Bahkan masih ditambah lagi dengan wakil menteri di beberapa kementerian.

                                                           93
   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99