Page 61 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 SEPTEMBER 2021
P. 61

Meski begitu, Adi menekankan perlunya komitmen pemerintah dalam menjalankan program JKP
              tersebut.  Salah  satunya  adalah  dengan  tidak  menambah  iuran  peserta.  "Tidak  akan
              memberatkan sejauh tidak ada tambahan iuran peserta terhadap program JKP tersebut," ungkap
              Adi.

              Sebagai informasi, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah nomor 37 tahun 2021
              tentang  Penyelenggaraan  Program  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan  (JKP).  Hal  itu  merupakan
              aturan turunan dari Undang Undang nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

              BP  Jamsostek  akan  memberikan  manfaat  yang  dapat  diterima  oleh  peserta  yang  terkena
              Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal itu dengan syarat terdaftar sebagai peserta selama 24
              bulan, dengan masa iur 12 bulan dan membayar iuran berturut-turut selama 3 bulan.

              Beleid itu juga mengatur syarat peserta JKP harus terdaftar sebagai peserta seluruh program BP
              Jamsostek yakni Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian
              (JKM), dan Jaminan Pensiun (JP) serta terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional
              (JKN).

              Sementara untuk pekerja di sektor usaha mikro dan kecil tak perlu terdaftar sebagai peserta JP.
              Namun kepesertaan JKN dalam syarat tersebut merupakan peserta penerima upah pada badan
              usaha.
              Berdasarkan draft PP, besaran iuran JKP sebesar 0,46% dari upah. Hal itu tidak menambah
              jumlah iuran yang dibayarkan oleh peserta sebelumnya.

              Pemerintah akan membayarkan sebesar 0,22% dari upah per bulan dengan maksimal besaran
              upah Rp 5 juta per bulan. Sementara sebesar 0,24% sisanya berasal dari rekomposisi iuran.

              Iuran JKK akan direkomposisi sebesar 0,14% dari upah. Sehingga akan terdapat perubahan pada
              iuran JKK berdasarkan tingkat risiko.

              Iuran untuk tingkat risiko sangat rendah sebesar 0,1% dari dari upah sebulan, risiko rendah 0,4
              dari upah sebulan, risiko sedang 0,75% dari upah sebulan, risiko tinggi 1,13% per bulan, dan
              risiko sangat tinggi sebesar 1,6% dari upah sebulan.

              Sementara untuk JKM akan mengalami rekomposisi menjadi 0,1% dari upah sebulan. Sehingga
              iuran untuk JKM menjadi 0,2% dari upah sebulan.

              Peserta  akan  menerima  manfaat  berupa  uang  dan  pelatihan  selama  6  bulan  bila  terkena
              Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Peserta JKP juga akan mendapat manfaat akses informasi
              pasar kerja.

              Besaran uang yang diterima sebesar 45% dari upah per bulan dengan batas maksimal upah Rp
              5 juta per bulan selama 3 bulan. Sedangkan 3 bulan sisanya peserta akan mendapatkan manfaat
              JKP sebesar 25% dari upah sebulan.

              Manfaat yang dapat diterima oleh peserta JKP dibatasi hanya sebanyak 3 kali. Manfaat pertama
              paling cepat dapat diambil setelah ketentuan masa iur terpenuhi.

              Sementara manfaat kedua paling cepat dapat diambil setelah 5 tahun manfaat pertama diambil
              oleh peserta. Begitu pula manfaat ketiga JKP dapat diambil setelah 5 tahun dari manfaat kedua
              diambil.

              Bila pekerja tak didaftarkan dalam JKP, pengusaha wajib untuk memenuhi hak pekerja sesuai
              dengan yang didapat dalam JKP. Hal itu dikecualikan bagi usaha mikro.


                                                           60
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66