Page 64 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 JUNI 2020
P. 64

Asing  (TKA)  asal  China  di  Kendari.  14  BEM  itu  di  antaranya  Universitas  Halu  Oleo  (UHO),
              Universitas  Sulawesi  Tenggara  (Unisultra),  Universitas  Muhammadiyah  Buton  (UMB)  dan
              Universitas Lakidende (Unilaki).

              Pimpinan  rapat  14  BEM  Adi  Maliano  mengatakan,  penolakan  terhadap  rencana  masuknya
              ratusan  pekerja  asal  Tiongkok  itu,  didasari  atas  pertimbangan  sembilan  hal  yang  telah
              disimpulkan dan disepakati dalam rapat koordinasi, Sabtu (20/6/2020).

              Menurut Adi, memberikan restu kepada TKA masuk ke Sultra ini bertentangan dengan kondisi
              wilayah Bumi Anoa ini yang masih darurat pandemi Covid-19.

              Selain itu, mereka melihat saat ini banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada buruh
              lokal, namun pemerintah justru memberi kesempatan kerja bagi tenaga asing.

              Ditambah lagi, alasan penolakan mereka yakni terkait syarat administrasi terhadap 500 TKA ini
              perlu dipertanyakan. Sebab, berkaca pada 49 TKA sebelumnya masuk bukan menggunakan visa
              kerja melainkan visa kunjungan atau komersial.

              "49 TKA kemarin menggunakan visa jalan-jalan, buka visa kerja. Ini seharusnya sudah menjadi
              bahan evaluasi pemerintah untuk memperbaiki. Pemerintah tidak konsisten, seharusnya kalau
              bisa pemerintah evaluasi dulu. Makanya kami tolak," tegas BEM Unsultra ini dihubungi melalui
              sambungan telepon, Minggu (21/6/2020).

              Untuk  menyuarakan  penolakan  itu,  14  BEM  ini  akan  melakukan  aksi  demonstrasi  dengan
              menduduki Bandara Halu Oleo, pada gelombang pertama kedatangan 156 TKA asal negeri tirai
              bambu, Selasa (23/6/2020) mendatang.

              Hal itu bisa saja tidak dilakukan, lanjut Adi, jika Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi
              menarik  kembali  keputusannya  mengizinkan  500  TKA  masuk  dan  membuat  pernyataan
              penolakan. Tetapi, jika, keinginan mereka tidak diindahkan oleh Gubernur, maka mereka akan
              melakukan aksi demonstrasi.

              "Tetap kita akan aksi, kalau tetap dipaksakan. Mungkin kita akan bergerak ke Bandara. Kita
              masih diskusikan bagaimana langkah-langkah yang kita lakukan. Kita masih menunggu respon
              pemerintah sampai besok (Senin/22/6/2020)," pintanya.
              Adi  mengaku,  sejauh  ini  sudah  bertemu  dengan  Ketua  DPRD  Sultra  Abdurrahman  Saleh.
              Kedatangan mereka itu untuk meminta komitmen penolakan terhadap masuknya TKA. Apalagi,
              ketua DPRD pernah menyatakan akan memimpin demonstrasi jika 500 TKA itu tetap dipaksakan
              masuk di tengah pandemi.

              Adi menambahkan, tumpuan harapan terakhir adalah DPRD sebagai lembaga yang mewakili
              dan mendengarkan aspirasi rakyat. Sebab, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda)
              yang lain sudah memberikan karpet merah bagi pekerja Taipan itu.

              "Respon DPR berpegang pada penggunaan visa tapi tetap menolak. Kita menolak sama-sama
              dengan persyaratan-persyaratan itu dipenuhi. Kalau tidak dipenuhi, di Bandara langsung kita
              suruh pulang saja. Terserah, kita mau bentrok, mau apa, sudah begitu mi. Ini kan negaranya
              kita," pungkas dia.
              Sebelumnya, Gubernur Sultra Ali Mazi menyetujui kedatangan 500 TKA asal Tiongkok itu. Dia
              menjelaskan 500 TKA yang akan didatangkan dua perusahaan raksasa yang bergerak di bidang
              pertambangan  ini  telah  sesuai  prosedur,  mulai  dari  administrasi  perizinan  hingga  protokol
              penanggulangan wabah virus corona atau Covid-19.


                                                           63
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69