Page 56 - e-Kliping Ketenagakerjaan 16 Januari 2019
P. 56
Tony menuturkan, alasan penutupan itu utamanya disebabkan oleh segmen bisnis
makanan (food) yang lesu dan terus mengalami penurunan penjualan. Hingga kuartal
IiI 2018, penjualan bisnis makanan turun sebesar 6 persen secara tahunan. Hal itu
mengakibatkan kerugian operasional sebesar Rp 163 miliar atau naik dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 79 miliar. "Ini menjadi alasan utama
dilakukannya efisiensi," katanya.
Adapun hingga 30 September 2018, perusahaan tercatat mengoperasikan 189 toko
di bidang makanan dan grocerries yang terdiri dari 59 Giant Ekstra, 96 Giant Express,
31 Hero Supermarket, dan 3 Giant Mart. Sebagai dampak dari penutupan gerai itu,
perusahaan pun melakukan pemberhentian hubungan kerja 532 karyawan yang
tokonya ditutup karena merugi. "Sebanyak 92 persen karyawan telah memahami
kondisi perusahaan dan setuju untuk mengakhiri hubungan kerja," ujar Tony.
Dia menambahkan perseroan ke depan juga berupaya untuk mengoptimalisasi kinerja
gerai-gerai yang tersisa dengan melakukan program perubahan manajemen sejak
tahun lalu. "Konkretnya beberapa Giant misalnya di Jakarta Barat dan Bekasi telah
kami relaunch agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik," ucapnya.
Untuk Hero Supermarket, perusahaan pun memberikan branding konsep premium
supermarket yang telah diluncurkan di beberapa outlet, seperti di Pondok Indah,
Jakarta Selatan, Bekasi, dan Bandung.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengakui ketatnya
persaingan di sektor ritel. Khususnya, dengan kehadiran platform e-commerce yang
memudahkan masyarakat berbelanja online. Tak hanya memukul ritel di bidang
makanan dan kebutuhan sehari-hari, hal itu juga berdampak pada ritel department
store yang menjual barang fashion.
Page 55 of 162.