Page 57 - e-Kliping Ketenagakerjaan 16 Januari 2019
P. 57
"Perilaku pembeli sudah berubah, semakin lama trennya semakin banyak, teman-
teman di sektor ritel lumayan berat, karena persaingan antar sesama ketat ditambah
lagi online," ujarnya.
Chairman CT Corp Chairul Tanjung mengatakan dibutuhkan inovasi dan kreativitas
agar tetap dapat bertahan di tengah persaingan ketat bisnis ritel. "Persaingan yang
luar biasa ini menyebabkan model bisnisnya harus diubah, kalau tidak pasti kalah,
dan kalau kalah mau nggak mau pasti tutup," katanya. Di antaranya adalah
menyesuaikan perkembangan bisnis dengan zaman dan memahami kebutuhan
konsumen. "Online hanya salah satu perubahan, banyak perubahan bisnis model lain
yang bisa digunakan."
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung
tak sepenuhnya sepakat jika rontoknya bisnis ritel di bidang makanan dan groceries
disebabkan oleh penjualan online di marketplace. "Karena untuk segmen itu yang
masuk ke marketplace masih kecil sekali di bawah 1 persen, tapi untuk ritel
department store mungkin lebih besar dampaknya karena top sales di online itu
memang produk-produk fashion," ucapnya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menuturkan tantangan lain yang
dihadapi oleh toko ritel besar adalah kehadiran minimarket yang semakin meluas di
berbagai daerah. "Dari sisi jarak dari rumah ke supermarket seperti Hero dan Giant
itu terlalu jauh, sekarang orang lebih suka ke Alfamart atau Indomart yang lebih
dekat, lalu size tokonya juga terlalu besar," ujarnya.
Terbukti nasib kinerja keuangan minimarket ini jauh lebih baik. PT Sumber Alfaria
Trijaya Tbk atau Alfamart misalnya hingga kuartal III 2018 lalu berhasil membukukan
kenaikan pendapatan neto sebesar 8,77 persen menjadi Rp 49,61 triliun dari
sebelumnya Rp 45,61 triliun. Laba bersih juga melonjak hingga 621,15 persen
menjadi Rp 344,53 miliar dari periode sebelumnya Rp 47,78 miliar.
Page 56 of 162.