Page 57 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 FEBRUARI 2019
P. 57

Ketidakseriusan PT Taspen ini juga berkontribusi pada defisit pembiayaan program
               JKN yang semakin besar.

               "PT Taspen yang menerima iuran JKK, tapi BPJS Kesehatan yang membiayai ketika
               PNS  mengalami  kecelakaan  kerja.  Ini  ketidakadilan  bagi  BPJS  Kesehatan  oleh  PT
               Taspen," tegasnya.

               Kehadiran PP No 49 yang menyerahkan pengelolaan JKK dan JKm bagi PPPK ke PT
               Taspen justru dinilainya tidak tepat.

               "Kenapa tidak tepat? Karena UU ASN menyatakan, pengelolaan Jaminan Kecelakaan
               Kerja  (JKK),  Jaminan  Kematian  (JKm)  dan  Jaminan  Hari  Tua  (JHT)  bagi  PPPK
               berdasarkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Demikian juga Pasal 50 PP No
               49 ini pun menyatakan pengelolaan JKK, JKm dan JHT bagi PPPK berdasarkan SJSN,"
               terangnya.

               Kalau  dinyatakan  penyelenggaraan  JKK,  JKm  dan  JHT  berdasarkan  SJSN  maka
               seharusnya  mengacu  UU  40/2004  yang  memiliki  sembilan  prinsip  jaminan  sosial.
               Salah  satunya,  menyatakan  pengelolanya  adalah  lembaga  nirlaba,  seperti  BPJS
               Ketenagakerjaan.

               "Faktanya, PT Taspen adalah perseroan terbatas yang mencari keuntungan. Ini sudah
               tidak sesuai prinsip SJSN," ujarnya.

               Kemudian salah satu prinsip lainnnya dinyatakan bahwa hasil investasi dikembalikan
               bagi kesejahteraan peserta. Sedangkan hasil investasi di PT Taspen digunakan untuk
               deviden dan tantiem direksi.

               "Ini juga sudah tidak sesuai prinsip SJSN," tekannya.

               Jika ditelisik dari sisi biaya, berdasarkan PP 66/2017 junto PP 70/2015, iuran JKm
               yang dikelola PT Taspen sebesar 0,72 persen. Jumlah ini dua kali lipat lebih besar dari
               biaya iuran JKm yang dikelola BPJS Ketenagakerjaan yaitu sebesar 0,3 persen.

               Menurut Timboel, sudah terjadi kelebihan bayar dari APBN selama ini untuk iuran JKm
               bagi PNS, yang nilainya mencapai Rp 1,2 triliun per tahun. Dengan hitungan sebanyak
               6 juta PNS x 12 bulan x 0.42 persen x rata-rata upah Rp 4 juta.

               "Di  tengah  defisit  APBN  yang  terjadi  tiap  tahun,  pemerintah  malah  mengeluarkan
               biaya lebih dari APBN sebesar Rp 1,2 triliun tiap tahun untuk membayar program JKm
               bagi PNS," ujarnya.

               Angka ini akan lebih besar lagi bila program JKm bagi PPPK dan non ASN lainnya tetap
               dikelola PT Taspen.








                                                       Page 56 of 141.
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62