Page 134 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 JUNI 2020
P. 134

Ketum HIMSATAKI, Tegap Hardjadmo, mengatakan pihaknya tidak mendukung atas kebijakan
              Kepala BP2MI tersebut, akan tetap hemat kami sebagaimana tertera dalam penjelasan Undang-
              Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, frasa Pasal 30
              adalah 'cukup jelas'.

              Dia  menjelaskan,  pembentuk  undang-undang  menganggap  rumusan  norma  dalam  batang
              tubuh tidak perlu diperjelas lagi karena dianggap sudah jelas.

              Namun  menurut  Tegap,  tidak  ada  salahnya  BP2MI  melihat  dan  mencari  referensi  tentang
              dokumen-dokumen  pembahasan,  naskah  akademik,  atau  sistematika  undang-undang
              berkenaan pasal tersebut agar tidak terjadi salah penafsiran.

              Dalam  penafsiran  HIMSATAKI,  kata  Tegap,  UU  tersebut  secara  logika  berada  dan  saling
              berhubungan  antara  satu  dengan  lainnya,  yakni  mewujudkan  kesatuan  yang  melahirkan
              pendelegasian  kewenangan  untuk  mengatur  lebih  lanjut  sesuatu  hal  dengan  Peraturan
              Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan Peraturan Badan yang tujuannya adalah
              melindungi PMI atau calon PMI dan keluargaya sebagai subyek, dan bukan obyek.

              Menurut  Tegap,  ada  tiga  catatan  setidaknya  menyikapi  kebijakan  BP2MI.  Pertama
              mempertimbangkan  bahwa  masing-masing  negara  penempatan  memiliki  kebijakan  yang
              berbeda  terkait  pembebanan  biaya  rekrutmen  bagi  pemberi  kerja  serta  persaingan  dengan
              negara pengirim lainnya.
              Kedua, jenis jabatan pekerjaan bagi calon PMI yang berbeda struktur biayanya, berbeda antara
              bekerja kepada perseorangan dan badan hukum, berbeda antara low skill, semi  -skilled,  dan
              skilled.

              Ketiga,  ada  transparansi  dalam  menyusun  biaya  penempatan  sehingga  pembebanan  biaya
              kepada siapapun dianggap adil. "Dan tererakhir adalah risiko keuangan dalam hal pembebanan
              biaya," ujar dia kepada wartawan di Jakarta, Rabu (10/6).

              Dia meminta BP2MI melakukan sinkronisasi pelaksanaan teknis operasional sistem pelindungan
              dan  penempatan  pekerja  migran  Indonesia  (PMI)  dengan  Kementerian  Ketenagakerjaan
              (Kemenaker).

              "Tidak ada salahnya BP2MI melakukan sinkronisasi dan harmonisasi dengan kementerian terkait
              dalam pelaksanaan dari UU tersebut," tuturnya.

              Pihaknya  berharap  kebijakan  yang  dikeluarkan  dalam  penyelengaraan  dan  pelaksanaan  UU
              tersebut berjalan cepat, berintegritas, netral, transparan dan akuntabel..























                                                           133
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139