Page 156 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 JUNI 2020
P. 156

pelaksanaan teknis operasional sistem pelindungan dan penempatan  pekerja migran Indonesia
              (PMI)  .

              Sebelumnya,  dua  asosiasi,  Asosiasi  Perusahaan  Jasa  Tenaga  Kerja  Indonesia  (APJATI)  dan
              Asosiasi Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (ASPATAKI) mendukung kebijakan
              Kepala BP2MI Benny Ramdhani, di antaranya melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 18
              Tahun 2017 tentang Perlindungan PMI, khususnya tentang pembiayaan.

              Seperti  diketahui,  pada  Pasal  30  Ayat  1  disebutkan,  pekerja  migran  Indonesia  tidak  dapat
              dibebani biaya penempatan. Sementara Ayat 2 disebutkan, ketentuan lebih lanjut mengenai
              biaya penempatan sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 diatur dengan Peraturan Kepala Badan.

              "Sikap kami dari Himsataki bukan tidak mendukung atas kebijakan Kepala BP2MI tersebut, akan
              tetap  hemat  kami  sebagaimana  tertera  dalam penjelasan  Undang-Undang  Nomor  18 Tahun
              2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, frasa Pasal 30 adalah 'cukup jelas'. Hal
              tersebut  bermakna  bahwa  pembentuk  undang-undang  menganggap  rumusan  norma  dalam
              batang tubuh tidak perlu diperjelas lagi karena dianggap sudah jelas," tutur Ketum Himsataki,
              Tegap Hardjadmo dalam keterangan tertulis, Selasa (9/6/2020).

              Namun, kata Tegap, tidak ada salahnya BP2MI melihat dan mencari referensi tentang dokumen-
              dokumen pembahasan, naskah akademik, atau sistematika undang-undang berkenaan pasal
              tersebut agar tidak terjadi salah penafsiran atas pasal tersebut.
              Dalam  penafsiran  Himsataki,  lanjut  dia,  UU  tersebut  secara  logika  berada  dan  saling
              berhubungan  antara  satu  dengan  lainnya,  yakni  mewujudkan  kesatuan  yang  melahirkan
              pendelegasian  kewenangan  untuk  mengatur  lebih  lanjut  sesuatu  hal  dengan  Peraturan
              Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri dan Peraturan Badan yang tujuannya adalah
              melindungi PMI atau calon PMI dan keluargaya sebagai subjek, dan bukan objek.

              "Tidak ada salahnya BP2MI melakukan sinkronisasi dan harmonisasi dengan kementerian terkait
              dalam pelaksanaan dari UU tersebut," tuturnya.

              (   )  Dia berharap kebijakan yang dikeluarkan dalam penyelengaraan dan pelaksanaan UU
              tersebut berjalan cepat, berintegritas, netral, transparan dan akuntabel.

              Mengenai kebijakan BP2MI yang merujuk Pasal 30 Ayat 1 UU tersebut dan telah mendapat
              dukungan Apjati dan Aspataki, kata Tegap, pada prinsipnya Himsataki I mendukung.

              Kendati  demikian,  perlu  disertai  evaluasi  dan  audit  terhadap  proses  penempatan  dan
              perlindungan yang berjalan saat ini serta mempertimbangkan bahwa masing-masing negara
              penempatan  memiliki  kebijakan  yang  berbeda  terkait  pembebanan  biaya  rekrutmen  bagi
              pemberi kerja serta persaingan dengan negara pengirim lainnya.

              "Kedua, jenis jabatan pekerjaan bagi calon PMI yang berbeda struktur biayanya, berbeda antara
              bekerja  kepada  perseorangan  dan  badan  hukum,  berbeda  antara  low  skill,  semi-skilled  dan
              skilled," tuturnya.

              Ketiga,  ada  transparansi  dalam  menyusun  biaya  penempatan  sehingga  pembebanan  biaya
              kepada siapapun dianggap adil.
              "Terakhir, risiko keuangan dalam hal pembebanan biaya," ujarnya.

              (dam).




                                                           155
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160