Page 94 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 JANUARI 2019
P. 94
Informasi itu kembali datang dengan memberikan ciri-ciri dari baju dan celana. Ia
bingung dengan kabar tersebut karena tidak tahu harus minta bantuan kemana.
Akhirnya keluarga melaporkan informasi tersebut ke Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul.
Disnakertrans langsung mencari informasi melalui Konsulat Jenderal Republik
Indonesia (KJRI) di Kuala Lumpur hingga menemukan informasi identitas korban.
Imam Saputra diketahui berangkat ke Malaysia sejak 2014 lalu berdasarkan data
paspor. Ia berangkat bersama dua temannya dari Solo dan Kalimantan. Ia ke Malaysia
melalui Kalimantan secara mandiri tanpa sepengetahuan pemerintah.
Dengan informasi tersebut, Sapon baru meyakini kematian anaknya. Ia membenarkan
anaknya berangkat ke Malaysia pada 2014 dan bekerja di sebuah pabrik. Informasi
pekerjaan itu didapatkan dari tetangganya yang sudah lebih dulu bekerja di Malaysia.
Setelah lima tahun lamanya Imam di Malaysia dan sampai kematiannya belum pulang
ke rumah di Bantul. Sapon mengaku Imam memang termasuk yang jarang memberi
kabar, kecuali dengan adik dan keponakannya. Terakhir Imam memberi kabar pada
November 2018 lalu bahwa dirinya akan pulang saat lebaran Idul Fitri 2019 ini.
Sapon belum tahu penyebab kematian anaknya. Pekerjaan Imam yang dia ketahui
sejauh ini memang sering mengangkut kayu melalui sungai menggunakan kapal.
Namun dari mana kemana kayu itu diangkut, Sapon tidak tahu.
"Kalau dari beberapa keterangan tahunya anak saya ditemukan di kali. Entah
terpeleset, entah kecelakaan kerja, atau karena berantem, saya belum tahu,"
katanya.
Untuk kepastiannya, Sapon menunggu hasil otopsi dari otoritas Malaysia. Ia sempat
meminta Imam dipulangkan ke Indonesia. Namun biaya untuk membawa jenazah ke
tanah air membutuhkan dana besar, yakni sekitar Rp30 juta. Besaran itu cukup
Page 93 of 97.