Page 52 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 07 NOVEMBER 2019
P. 52

Tak heran, sektor manufaktur kian kesulitan mengerek produktivitasnya. "Jadi, satu

               sisi mereka diminta untuk menaikkan upah. Sisi lain, harus bayar iuran BPJS untuk

               tenaga kerjanya. Padahal, kita juga butuh industri padat karya. Inilah dibutuhkan

               balancing (penyeimbang," jelas Enny.



               Balancing yang dimaksud, seperti upaya pemerintah untuk meringankan beban

               industri padat karya. Misal, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, penurunan

               biaya logistik, dan insentif-insentif lainnya.



               Direktur Core Indonesia Mohammad Faisal sepakat dengan Enny. Bahkan ia

               menyebut lapangan kerja sebanyak 11 juta lebih yang muncul lima tahun terakhir ini,

               seluruhnya berasal dari sektor informal. Namun, sayangnya, penciptaan lapangan

               kerja formal, masih sangat terbatas.



               Nah, ia melanjutkan biasanya masyarakat yang berlatar pendidikan tinggi biasanya

               akan memenuhi sektor formal tersebut dan menyisihkan masyarakat dengan

               pendidikan lebih rendah. Tetapi, kesempatan bekerja di sektor formal memaksa

               mereka pasrah masuk ke sektor informal.



               "Ini kan kurang baik. Sektor informal, bagaimana pun kualitas pekerjaannya tidak

               sebaik di sektor formal, baik tingkat pendapatan, jaminan kerja, perlindungan kerja,

               kestabilan income (penghasilan), hingga kualitasnya lebih rendah," kata Faisal.



               Jangan heran, penguatan sektor informal tidak menjamin kualitas dari tenaga

               kerjanya. Apalagi, beberapa orang-orang yang bekerja di sektor informal mayoritas

               tidak memiliki waktu kerja penuh dibandingkan sektor formal.



               "Definisi BPS, orang yang tidak menganggur itu kan kalau dia bekerja 1 jam atau





                                                       Page 51 of 133.
   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57