Page 118 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2020
P. 118
itu bersifat sementara dan bakal dievaluasi apakah akan memperpanjang atau menghapus
pembatasan berdasarkan situasi di Indonesia.
Pada Oktober, Taiwan mengonfirmasi 11 WNI positif Covid-19. Hasil tes yang dikeluarkan di
Indonesia menyatakan dua diantara WNI negatif Covid-19 pada tiga hari sebelum
keberangkatan.
Kemudian pada November, 42 dari 81 WNI yang dikonfirmasi positif Covid-19 di Taiwan memiliki
hasil tes serupa. Lalu antara 1-15 Desember, 32 dari 40 WNI dengan kasus positif memiliki bukti
hasil tes negatif yang juga dikeluarkan tiga hari sebelum penerbangan.
Menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, Chen Shih-chung, kredibilitas hasil tes
Covid-19 yang dikeluarkan di Indonesia semakin memburuk dari waktu ke waktu.
"Hasil tes ini semakin tidak akurat dari waktu ke waktu. Kami tidak yakin apa masalahnya," kata
Chen.
Menurut Chen, jika penanganan Covid-19 di Indonesia belum membaik dalam masalah ini,
Taiwan akan terus menangguhkan masuknya TKI. Dia juga menuturkan bahwa CECC akan
memantau situasi di Indonesia untuk memutuskan kapan mencabut larangan masuk bagi pekerja
migran dari Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi di Jepang. Pada 11 November ada 17 WNI yang datang ke Negeri
Sakura hendak magang dinyatakan positif Covid-19 tanpa gejala.
Padahal, mereka semua sudah mengantongi sertifikat negatif Covid-19 tiga hari sebelum
keberangkatan. Alhasil, mereka harus diisolasi di fasilitas pemerintah Jepang di Osaka selama
14 hari sejak kedatangan, sebelum menjalani tes PCR kembali.
Mundur ke belakang, peristiwa serupa juga terjadi pada jemaah umrah dari Indonesia. Pada 11
November lalu dilaporkan ada 13 orang jemaah umrah Indonesia dari tiga kelompok terbang
(kloter) terkonfirmasi positif Covid-19 setiba di Arab Saudi. Mereka juga sudah menjalani
pemeriksaan Covid-19 dari tanah air sebelum terbang.
Rinciannya, delapan jemaah umrah positif Covid-19 pada rombongan kloter pertama, lima
jemaah positif pada kloter kedua, dan nol jemaah umrah yang positif pada kloter ketiga.
Menanggapi polemik ini, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio
mempertanyakan akurasi tes Covid-19 terkait kasus WNI di Jepang.
Menurut dia, perbedaan hasil tes kerap terjadi karena sensitivitas alat tes PCR virus corona yang
berbeda. Namun biasanya perbedaan itu terjadi secara acak.
"Artinya yang mungkin terjadi adalah bahwa tes yang dilakukan di Indonesia menggunakan
secara keseluruhan standar yang berbeda sehingga memiliki sensitivitas yang lebih rendah,"
beber dia.
"Mungkin di negara lain menggunakan sensitivity yang lebih tinggi standarnya," sambung dia.
(ayp/ayp) window.
});.
117