Page 134 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 JUNI 2019
P. 134

"Alibi kekurangan pengawas ketenagakerjaan adalah alasan usang yang terus-
               menerus didaur ulang pemerintah. Jika memiliki kemauan politik, pemerintah dapat
               menambah anggaran guna menggenjot jumlah pengawas ketenagakerjaan," ujar
               Ketua Umum KPBI Ilhamsyah kepada reporter Tirto, Minggu (23/6/2019).

               Jumlah pengawas yang minim sempat disinggung Direktur Jenderal Pembinaan
               Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kesehatan Kerja (Binwasnaker K3)
               Kemenaker Sugeng Priyanto pada 2018 lalu. Dia bilang, pengawas ketenagakerjaan
               jumlahnya hanya 1.600. padahal angkatan kerja mencapai 130 juta orang. Idealnya,
               perbandingan pengawas dan pekerja itu 1:350.

               Pengawas ini bukan hanya untuk perkara K3 saja, terang Ilhamsyah, tapi juga
               praktik ketenagakerjaan secara umum. Pengawas mesti memastikan segala regulasi
               yang dibuat pemerintah, baik pusat atau daerah, ditaati pengusaha.

               Ilhamsyah mendesak agar dinas lebih giat karena faktanya kecelakaan kerja sudah
               terjadi berkali-kali. Sebelum kasus ini ada ledakan di pabrik kembang api di
               Kosambi, Tangerang pada 26 Oktober 2017. Kemudian di PT MI di Cikarang, Jawa
               Barat, pada 2015. Di PT MI terjadi kebocoran gas karena empat dari delapan selang
               fleksibel ternyata bekas, padahal semestinya semua diganti baru.

               Kecelakaan di PT MI menewaskan 28 buruh. 31 lainnya mengalami luka bakar.
               Sementara di Kosambi mencapai 49 orang.

               Wewenang mengawasi pabrik-pabrik tertuang dalam Permenaker Nomor 33 Tahun
               2016 tentang Tata Cara Pengawasan Ketenagakerjaan. Dalam beleid itu, petugas
               bahkan punya hak memasuki tempat kerja tanpa pemberitahuan sekalipun. Mereka
               bebas melakukan penyelidikan, dan berhak mengambil langkah yang diperlukan
               untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi di pabrik atau tempat kerja.

               Ilhamsyah berharap kasus ini membuat pengusaha tidak lagi abai terhadap
               keselamatan para pekerjanya. Dia menegaskan lagi bahwa ada sanksi pidana bagi
               pengusaha yang masih membandel, yaitu pasal 359 KUHP. Dalam beleid itu
               disebutkan bahwa siapa pun yang karena kesalahannya menyebabkan kematian
               orang lain, bisa dihukum penjara paling lama lima tahun.

               "Pengusaha yang tidak memberikan alat pelindung, tidak menerapkan manajemen
               K3 dengan benar, dan pengawas ketenagakerjaan yang tidak menjalankan
               fungsinya dapat diduga melanggar pasal tersebut," kata pria yang akrab disapa
               Boing ini.
               Tak Ada Pengawasan

               Apa yang dikatakan Ilhamsyah memang benar-benar terjadi di pabrik macis (lebih
               tepatnya: rumah yang dijadikan lokasi produksi) di Langkat.

               Berdasarkan keterangan saksi, kondisi pintu depan pabrik terkunci--diketahui
               kemudian sang mandor yang mengunci. Padahal, seperti yang tertera jelas dalam



                                                      Page 133 of 352.
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139