Page 438 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 DESEMBER 2021
P. 438

memutuskan  kenaikan  UMK  dan  tidak  harus  mengacu  pada  PP  No  36  tahun  2021  tentang
              Pengupahan.
              "Kami sangat menyayangkan gubernur tidak mengabulkan tuntutan kenaikan UMK tahun 2022
              di KBB. Padahal gubernur punya hak diskresi yang bisa digunakannya," kata Ketua DPC Serikat
              Pekerja Nasional (SPN), KBB, Budiman, Kamis (2/12/2021).

              Merujuk pada Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 561/ Kep.732-Kesra/ 2021 Tanggal 30
              November 2021 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
              2022, UMK KBB sama seperti tahun 2021 yakni sebesar Rp3.248.283,28. Itu artinya tuntutan
              kenaikan 7% dari buruh tidak dikabulkan.

              Budiman  menilai,  Gubernur  Jawa  Barat  Ridwan  Kamil  dalam  menetapkan  UMK  hanya
              memandang dari aspek regulasi pemerintah pusat saja. Yakni mengacu kepada PP No 36 tahun
              2021  tentang  Pengupahan.  Sementara  itu  gubernur  tidak  memikirkan  rekomendasi  dari
              bupati/wali kota di Jawa Barat.
              Padahal, lanjut dia, sebetulnya gubernur itu memiliki diskresi untuk mengabulkan rekomendasi
              soal kenaikan upah. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Gubernur Pemprov Jawa Timur, yang
              bisa menaikan UMK tahun 2022 karena ada diskresi dari gubernurnya.

              "Contoh di Jawa Timur ada kenaikan empat sampai lima kabupaten/kota yang dianggap ring
              satu, dengan rata-rata kenaikan Rp75.000 atau setara 1,74%. Tapi kalau acuannya PP 36 pasti
              tidak akan naik," tegasnya.

              Menurutnya, Ridwan Kamil hingga saat ini tidak memperhatikan hal kecil seperti itu dan tidak
              melihat kondusivitas wilayah. Padahal rekomendasi dari bupati/wali kota tidak asal karena sudah
              berdasarkan pertimbangan dan masukan saat rapat dewan pengupahan.

              "Harusnya  hal  itu  dipertimbangkan  dengan  menggunakan  hak  diskresi  dan  berkomunikasi
              dengan kementerian," imbuhnya.

              Lebih lanjut, pihaknya juga semakin kecewa karena Ridwan Kamil tidak menemui ribuan buruh
              secara langsung saat mereka melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, meskipun sudah
              menunggu  hingga  malam  hari.  "Itu  juga  jadi  komplain  kita,  padahal  ada  kesempatan  untuk
              berdiskusi untuk mencari solusi," pungkasnya.

              (IND)


























                                                           437
   433   434   435   436   437   438   439   440   441   442   443