Page 79 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 08 JULI 2020
P. 79

Kisah Eti menurut Benny cukup menyakitkan dan menyedihkan, dimana Eti hanya bekerja 1,5
              tahun tapi hidup di penjara selama 18 tahun. Untuk itulah kata Benny, bebasnya Eti adalah bukti
              hadirnya negara untuk membantu PMI dan WNI yang bermasalah di luar negeri.

              "Ini bukti kerja luar bisa, disinilah kekompakan dan solidaritas sosial itu menjadi penting. Saya
              sangat berterimakasih khususya kepada warga NU yang bersedia mengumpulkan sumbangan
              begitu besar auntuk membebaskan ibu Eti ini," tukasnya.

              Ia juga berharap, apa yang dilakukan PBNU dan PKB, bisa menajdi inspirasi bagi ormas, LSM
              dan kelompok keagamaan. "Kedua, tentu bebasnya Ibu Eti ini tak lepas juga dari keberhasilan
              diplomasi  politik  yang  dilakukan  Kemenlu  dengan  Pemerintahan  Malaysia.  Kerja  keras
              pemerintah harus kita apresiasi," tandasnya.

              Dan  yang  ketiga  kata  Dia,  BP2MI  dan  Kemenaker  bersama  Pimpinan  MPR  RI,  menjemput
              langsung Eti Toyyib Anwar sebagai bukti negara benar-benar hadir. "Selain BP2MI dan Menaker
              Ida Fauziyah, tadi juga hadir dari Komisi IX DPR RI dan pak Wakil Ketua MPR Pak Jazilul Fawaid,
              ini bukti kerja kolaboraktif, kekompakan instrumen Kenegaraan. Saat ini kita tidak boleh bicara
              ego sektoral, kita harus bicara merah putih, NKRI dan Indonesia," tandasnya.

              "Mudah-mudahan kasus Ibu Eti ini jadi kasus yang terakhir. Meskipun Ibu Eti tadi cerita, masih
              ada banyak WNI kita yang bermasalah di luar negeri. Mudah-mudahan kita dengan semangat
              kerja  kolaboratif  bisa  kembali  membebaskan  para  PMI  dari  masalah-masalah  yang  sedang
              dihadapi," pungkasnya.

              Untuk  diketahui,  Eti  Toyib  Anwar  divonis  hukuman  mati  qishash  berdasarkan  Putusan
              Pengadilan Umum Thaif No. 75/17/8 tanggal 22/04/1424H (23/06/2003M) yang telah disahkan
              oleh Mahkamah Banding dengan nomor 307/Kho/2/1 tanggal 17/07/1428 dan telah disetujui
              oleh Mahkamah Agung dengan No: 1938/4 tanggal 2/12/1429 H karena membunuh majikannya
              warga negara Arab Saudi, Faisal bin Said Abdullah Al Ghamdi dengan cara diberi racun.

              Tiga bulan setelah Faisal Bin Said Abdullah Al Ghamdi meninggal dunia, seorang WNI bernama
              EMA  atau  Aminah  (pekerja  rumah  tangga  di  rumah  sang  majikan)  memberikan  keterangan
              bahwa Eti Toyib telah membunuh majikan dengan cara meracun.

              Pembicaraan  tersebut  direkam  oleh  seorang  keluarga  majikan.  Rekaman  tersebut
              diperdengarkan oleh  penyidik  saat  menginterogasi  Eti Toyib  Anwar  pada  tanggal  16/1/2002
              malam silam, yang mengakibatkan adanya pengakuan Eti Toyib bahwa yang bersangkutan telah
              membunuh majikan.

              Dalam  proses  pembebasannya,  Pemerintah  Indonesia  dengan  dukungan  berbagai  pihak
              akhirnya membebaskan Eti dari hukuman mati dengan patungan membayar uang denda sebesar
              Rp 15,2 miliar. Kasus Eti terjadi sejak 2001 dan ia pun sudah menjalani masa penahanan selama
              19 tahun  .***.


















                                                           78
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84