Page 4 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 JULI 2019
P. 4
Menurut Anton, penyebab dari kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh dua
aspek, yakni unsafe action dan unsafe condition . Penyebab pertama umumnya
karena pengabaian terhadap peralatan dan prosedur keselamatan dalam bekerja.
Misalnya, pekerja lalai dalam memakai berbagai alat perlindungan diri (APD), seperti
helm, rompi, sepatu bot, sarung tangan, dan sebagainya.
Sementara aspek kedua karena lingkungan kerja yang tidak aman seperti jalan licin,
jalan berlubang, ataupun infrastruktur kerja yang kurang lengkap.
Kecelakaan kerja itu sendiri biasanya merupakan buah dari pengabaian terhadap
puluhan kali insiden near miss , atau hampir celaka. "Sebenarnya kita harus aware
kejadian-kejadian penyebabnya kalau ada hampir celaka," ujarnya.
Karena dari data statistik, yang bersumber dari Rasio Insiden Model, dalam Teori
Heinrich's, Departemen Tenaga Kerja dan Industri - Pennsylvania, dinyatakan,
dalam satu kali kecelakaan kerja itu, sebetulnya sebelumnya diawali dari 30 kali
jenis kecelakaan yang injury , yang mengkibatkan korban meninggal atau berakibat
fatal menjadi satu kecelakaan. Ini apabila dilihat dari statistik, rata-rata seluruh
dunia seperti itu.
"Satu orang meninggal itu, diawali dari 29 kali kejadian injury minor . Sedangkan
sejumlah investigasi memperlihatkan, terjadinya 29 kali injury minor tersebut,
sebenarnya diakibatkan (didahului) juga oleh 300 kali kecelakaan yang near miss ,"
jelas Anton.
Sambil memperlihatkan data dalam infografis berikut ini, ia juga mengemukakan,
persentase terbesar kecelakaan kerja ( injury ), adalah pada kondisi frekuensi
sampai 3.000 kali, baik dalam bentuk tindakan yang unsafe , ataupun kondisi unsafe
.
Target zero accident Atas dasar itu, kemudian PLN membentuk road map atau peta
jalan K3 dengan target zero accident di tahun 2023. Salah satu langkah dalam Road
Map 2023 adalah membentuk organisasi K3 di unit-unit induk PLN pada tahun 2013.
Adapun penyempurnaannya dilakukan pada tahun 2017 dengan pembentukan
Manajer Pejabat K3, Pemangku Kepentingan K3 atau Pelaksana K3.
"Sebenarnya pada aspek keselamatan kerja itu hanya memerlukan pengawasan.
Nah pengawasan yang paling murah dan paling efisien itu sebenarnya kepada diri
setiap karyawan masing-masing. Sehingga tugas keselamatan kerja itu seharusnya
bukan hanya tugasnya orang K3 semata, melainkan seluruh karyawan," urai Anton.
Demi memperkuat pengawasan K3 lantas dibentuklah Budaya K3 di tubuh PLN.
Anton menjelaskan, terdapat jalinan hubungan antara budaya perusahaan dengan
budaya K3. Budaya korporat sendiri merupakan elemen strategik, yang bersifat
besar dan menyeluruh. Sementara budaya K3 adalah subkultur dari budaya korporat
yang spesifik mencakup urusan keselamatan kerja.
Page 3 of 139.