Page 56 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 desember 2019
P. 56

ditindaklanjuti oleh berbagai kementerian dan lembaga dengan melakukan kajian
               dan dialog dengan berbagai pemangku kepentingan. Melalui instrumen Omnibus
               Law yang akan melibatkan sekitar 71 UU, UU Cipta Lapangan Kerja diyakini oleh
               pemerintah akan membuka lapangan kerja bagi rakyat Indonesia.

               Dengan instrumen Omnibus Law akan dibuat sebuah peraturan perundang-
               undangan yang mengandung lebih dari satu muatan pengaturan, dengan tujuan
               untuk menciptakan sebuah peraturan mandiri tanpa terikat (atau setidaknya dapat
               menegasikan) dengan peraturan lain.
               Dari 71 UU tersebut dibagi dalam 6 klaster Omnibus Law yaitu klaster, pertama,
               persyaratan investasi terdiri dari 15 UU. Kedua, kegiatan usaha berbasis risiko yang
               terdiri perizinan dasar seperti lokasi, lingkungan, IMB dan SLF 9 UU dan perizinan
               sektor 45 UU.

               Ketiga, penataan kewenangan 2 UU. Keempat, pembinaan dan pengawasan 20 UU.
               Kelima, sanksi 46 UU. Keenam, pedukung ekosistem (kemudahan dan insentif 8 UU.

               UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjadi salah satu dari 71 UU
               yang akan masuk di UU Cipta Lapangan Kerja, yaitu masuk dalam klaster Kegiatan
               Usaha Berbasis Risiko, dan klaster Pembinaan dan Pengawasan. Oleh karenanya
               beberapa pasal di UU Ketenagakerjaan akan direvisi untuk mendukung UU
               Pencipataan Lapangan Kerja.

               Beberapa pasal tersebut antara lain tentang PHK, pesangon, jaminan sosial, PKWT,
               outsourcing dan pengupahan. Jadi nanti UU Ketenagakerjaan tetap ada, namun
               beberapa pasal tidak berlaku lagi karena sudah diatur di UU Cipta Lapangan Kerja.

               Kemnaker juga proaktif merespon amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut
               dengan melibatkan pemangku kepentingan seperti serikat pekerja/serikat buruh
               (SP/SB) membicarakan beberapa pasal yang akan dimasukkan di UU Penciptaan
               Lapangan Kerja.

               Sudah ada pertemuan yang dilaksanakan untuk membahas hal tersebut dengan
               melibatkan pengurus SP/SB. Proaktif Kemnaker tersebut patut diapresiasi. Dengan
               pertemuan-pertemuan tersebut diharapkan SP/SB bisa memahami tujuan hadirnya
               UU Cipta Lapangan Kerja.

               Tentunya dengan apresiasi perlu diberikan, ada juga masukan yang perlu
               disampaikan dalam proses tersebut. Seharusnya materi pembicaraan tentang UU
               Cipta Lapangan Kerja bisa lebih menggambarkan kondisi ekonomi makro dan mikro
               serta masalah ketenagakerjaan di Indonesia saat ini serta hambatan-hambatannya
               dalam pembukaan lapangan kerja, dan juga pemetaan kondisi ketenagakerjaan dan
               investasi di negara lain seperti Vietnam, Kamboja, dan sebagainya yang memang
               menjadi kompetitor Indonesia dalam menarik investasi.

               Pemerintah juga harus berusaha meyakinkan pekerja/buruh dan SP/SB bahwa UU
               ini akan mampu mensejahterakan rakyat dengan pembukaan lapangan kerja yang



                                                       Page 55 of 118.
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61