Page 115 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 AGUSTUS 2021
P. 115

Ringkasan

              Meski  kabar  tak  sedap  terkait  perlakuan  buruk  terhadap  anak  buah  kapal  (ABK)  kerap
              berseliewaran  dalam  pemberitaan  nasional,  nyatanya  tak  menyurutkan  banyak  pemuda  asal
              Indonesia  untuk  mengadu  nasib  di  kapal  asing.  Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker),  Ida
              Fauziyah, mengakui adanya ABK Indonesia, khususnya awak kapal perikanan berbendera asing,
              terjebak situasi perbudakan modern di laut.



              MENGAPA TAIWAN BUTUH BANYAK ABK KAPAL DARI RI DAN BERAPA GAJINYA?

              Meski  kabar  tak  sedap  terkait  perlakuan  buruk  terhadap  anak  buah  kapal  (ABK)  kerap
              berseliewaran  dalam  pemberitaan  nasional,  nyatanya  tak  menyurutkan  banyak  pemuda  asal
              Indonesia untuk mengadu nasib di kapal asing.
              Pepatah lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang, tampaknya
              tak berlaku untuk para ABK yang membutuhkan pekerjaan di tengah kesulitan ekonomi.

              Pihak  yang  setiap  tahunnya  membutuhkan  banyak  pelaut  dari  Indonesia  adalah  kapal
              berbendera  Taiwan.  Lantas  kenapa  wilayah  belum  diakui  sebagai  negara  berdaulat  oleh
              Pemerintah Indonesia ini membutuhkan ribuan ABK asal Indonesia?

              Dilansir dari Lowy Institute, Minggu (29/8/2021), kebutuhan ABK di kapal Taiwan sangat tinggi
              sejak beberapa dekade. Taiwan adalah pemilik lebih dari sepertiga kapal penangkap tuna yang
              beroperasi di seluruh samudra.

              Kapal-kapal ikan Taiwan beroperasi sangat jauh dan bisa berbulan-bulan lamanya mengarungi
              samudra. Mereka bisa mencari tuna hingga Kepulauan Falkland yang berada di ujung Benua
              Amerika, dengan jarak terpaut ribuan mil dari Taiwan.

              Diperkirakan, industri perikanan di Taiwan dalam setahunnya mencapai 2 miliar dollar AS atau
              setara Rp 28,64 triliun (kurs Rp 14.323).

              Sejak  2017,  Taiwan  sudah  menerapkan  the  Act  for  Distant  Water  Fisheries  atau  UU  yang
              mendukung kapal-kapal Taiwan bisa menangkap ikan di perairan jauh. Selain dari Indonesia,
              ABK kapal Taiwan juga banyak didatangkan para agen dari Vietnam dan Filipina.
              Beberapa instansi pemerintah di Amerika Serikat memperkirakan, jumlah ABK yang dipekerjakan
              di kapal ikan Taiwan mencapai 160.000 orang, meski pemerintah Taiwan menyebut keberadaan
              ABK asing hanya 26.000 orang.

              Para ABK ini kerap melaporkan beragam masalah selama bekerja di kapal seperti gaji yang belum
              dibayar, jam kerja yang panjang, kekerasan verbal maupun fisik, hingga perlakuan buruk dari
              kapten kapal.

              Taiwan  sendiri  sempat  mendapatkan  peringatan  'kartu  merah'  dari  Uni  Eropa  atas  sejumlah
              laporan  perlakuan  buruk  terhadap  ABK  kapal  yang  membuat  Eropa  sempat  melarang  impor
              komoditas perikanan dari Taiwan.

              Perlakuan buruk di atas kapal sering terjadi di lepas pantai karena UU Ketenagakerjaan Taiwan
              tidak bisa mengawasi armada kapal yang beroperasi di luar wilayah yuridiksinya.

              Gaji ABK Taiwan




                                                           114
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120