Page 116 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 AGUSTUS 2021
P. 116

Ketua Umum Serikat Buruh Migran Kabupaten Tegal, Zainudin, mengungkapkan gaji pelaut di
              kapal ikan asing bervariatif. Untuk kapal ikan China dan Taiwan, gaji yang ditawarkan umumnya
              minimal 300 dollar AS atau Rp 4,3 juta per bulan.

              "Kalau untuk kapal Taiwan dan China, gaji ABK rata-rata minimal 300 dollar AS, artinya bisa lebih
              tinggi  tergantung  pemilik  kapal,  bahkan  bisa  lebih  rendah.  Sebenarnya  gajinya  besar  jika
              dibandingkan dengan bekerja di kapal ikan lokal," jelas Zainudin kepada Kompas.com.

              Kendati  begitu,  gaji  yang  diterima  ABK  WNI  sebenarnya  lebih  besar.  Namun  dipotong  oleh
              perusahaan penyalur sebagai pengganti biaya keberangkatan oleh perusahaan agen pengiriman.

              "Karena untuk pekerjaan ABK di kapal ikan asing ini ada brokernya. Jadi gaji dari pemilik kapal
              itu dipotong di perusahaan agensi negara asal kapal, lalu dipotong lagi di agensi yang rekrut ABK
              di daerah," ujar Zainudin.

              "Potongan dari agensi biasanya 600 dollar AS. Kadang memang mahal sampai 1.000 dollar AS,
              untuk keperluan paspor, tiket pesawat, medical chekup, dan biaya agen," kata dia lagi.

              Menurut dia, di Tegal yang jadi kantong ABK kapal ikan di luar negeri, minat menjadi pelaut di
              kapal asing selalu tinggi meski tahu risiko bekerja di atas kapal.

              "Broker penyalur kan banyak sekali di Tegal. Jadi kalau dapat pengalaman buruk pas jadi ABK
              dulu, dia berangkat lagi dengan agensi lain dan berharap lebih baik. Mereka juga ditawari bonus
              tinggi di luar gaji, meski kadang itu tak direalisasikan dan tidak ada perjanjian tertulisnya," jelas
              Zainudin.

              Pihaknya juga sudah seringkali melaporkan kasus-kasus ekspolitasi ABK Indonesia ke pemerintah
              dan aparat setempat.

              Respon Menaker

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, mengakui adanya ABK Indonesia, khususnya
              awak kapal perikanan berbendera asing, terjebak situasi perbudakan modern di laut.

              "Dari  waktu  ke  waktu,  awak  kapal  Indonesia,  khususnya  awak  kapal  perikanan,  seringkali
              mengalami berbagai masalah. Mereka terjebak situasi perbudakan modern di laut," kata Ida
              dilansir dari Antara.
              Ida  mengungkapkan  masalah-masalah  yang  kerap  dihadapi  para  ABK  didominiasi  penipuan,
              penahanan gaji, kerja melebihi batas waktu, hingga kekerasan fisik dan seksual.

              Ia mengakui lantaran banyaknya kasus yang menimpa awak kapal Indonesia di kapal perikanan
              berbendera asing, perlu ada perbaikan tata kelola penempatan awak kapal.

              Upaya perbaikan pun, lanjut Ida, terus dilakukan pemerintah, termasuk melalui penyelesaian
              aturan turunan dari UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
              (PPMI).

              Regulasi itu berupa peraturan pemerintah untuk penempatan dan perlindungan awak kapal niaga
              maupun perikanan yang bekerja di kapal berbendera asing.
              "Prosesnya  kita  tunggu,  (saat  ini  RPP  perlindungan  awak  kapal)  masih  diajukan  di  Setneg
              (Sekretariat Negara)," ujar dia.






                                                           115
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121