Page 48 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 JUNI 2020
P. 48

"Kasusnya dilimpahkan setelah berkasnya dinyatakan lengkap oleh jaksa," kata Wakil Direktur
              Reserse Kriminal Umum (Wadirreskrimum) Polda NTB AKBP Awan Hariono di Mataram, Kamis
              (11/6).

              Tersangka tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang dilimpahkan tersebut berinisial AS.
              Kini AS yang menjadi tanggungan jaksa penuntut umum melanjutkan masa penahanannya di
              Rutan Polda NTB.

              Dalam perkaranya, dijelaskan bahwa AS melakukan perekrutan korban yang masih berusia di
              bawah umur pada Februari lalu.

              Untuk menarik perhatian korbannya, tersangka menjanjikan bekerja di Arab Saudi dengan gaji
              Rp7 juta per bulan, dapat beribadah haji, dan umroh.

              Karena  tergiur  dengan  janji  tersebut,  korban  kemudian  ditampung  di  rumah  tersangka  di
              wilayah Lombok Tengah, selama empat hari.
              Pada hari kelima, korban selanjutnya dikirim ke Jakarta bersama lima calon pekerja migran
              lainnya. Selama di Jakarta, korban ditampung oleh salah satu PJTKI yang menjadi agen kerja
              sama tersangka AS.

              Dari perbuatannya, AS dijerat dengan Pasal 6 dan atau Pasal 10 Undang-Undang RI Nomor
              21/2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Pasal 81 Juncto
              Pasal 53 Undang-Undang RI Nomor 18/2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.

              Lebih lanjut, Awan menjelaskan, kasus yang menjerat AS ini merupakan kasus keenam yang
              ditangani Polda NTB sepanjang Tahun 2020.

              "Jadi yang masuk proses hukum dengan korban anak adalah satu kasus ini," ucapnya.
              Hasil penyelidikan Subdit IV Renakta Ditreskrimum Polda NTB telah ditemukan dugaan kuat
              bahwa AS mengirim korban ke Arab Saudi tanpa melalui prosedur.

              "Dia (SA) merekrut anak-anak untuk bekerja di luar negeri dan berangkat tanpa prosedur,"
              ujarnya.

              Sementara,  Kepala  Dinas  Tenaga  Kerja  dan  Transmigrasi  Provinsi  NTB  T  Wismaningsih
              Drajadiah  mengungkapkan  bahwa  Gubernur  NTB  sudah  menerbitkan  aturan  yang
              mengembargo sementara pemberangkatan dan penempatan Pekerja Migran Indonesia selama
              pandemi COVID-19 ini.

              "Kami  sejak  April  sudah  tidak  melayani  proses  penempatan  PMI.  Kalau  ada  yang  tetap
              berangkat, berarti itu tidak prosedural," kata Wismaningsih.

              Terkait dengan rutinitas pengiriman pekerja migran ke luar negeri, Badan Perlindungan Pekerja
              Migran  Indonesia  Mataram  mencatat  setiap  tahunnya  NTB  paling  sedikit  mengirim  30.000
              pekerja migran ke berbagai negara tujuan.

              "Jadi perlindungannya, PMI ini wajib memiliki kontrak kerja yang mengikat mereka. Kalau tidak
              ada tentu kami bisa duga dia tidak prosedural," kata Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran
              Indonesia Mataram Abri Danar Prabawa..









                                                           47
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53