Page 94 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 MARET 2019
P. 94
Kerja sama dengan kelompok DUDI, alias Dunia Usaha dan Dunia Industri, juga
dijanjikan semakin masif dilakukan pemerintah agar tercipta link and match antara
sisi suplai dengan sisi permintaan tenaga kerja.
"Kami juga akan terus mengembangkan latihan-latihan, kursus-kursus melalui BLK
[Balai Latihan Kerja], BUMN, dan kursus yang bisa diaplikasi dengan digital, baik
kursus yang sifatnya kepintaran, kecakapan, maupun kebugaran. Dengan demikian,
tenaga kerja kita akan bersaing," ujar Ma'ruf.
Tidak jauh berbeda dengan Ma'ruf, Sandiaga juga menyoroti minimnya link and
match ketenagakerjaan di Indonesia. Oleh karena itu, dia menawarkan program
Rumah Siap Kerja untuk para pencari kerja jika terpilih bersama Prabowo di Pemilu
2019.
Sandiaga berkomitmen membuat Rumah Siap Kerja di tiap kecamatan di Indonesia.
Rumah Siap Kerja merupakan kepanjangan dari OK OCE, program andalan Sandiaga
dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat memimpin ibu kota.
"Mereka akan mendapatkan keterampilan yang sesuai, yang dibutuhkan oleh
revolusi industri 4.0. Ini adalah sebuah masa depan yang Prabowo-Sandi yakini akan
mengikis jumlah pengangguran di usia muda sebanyak 2 juta dalam 5 tahun kami
memerintah," terangnya.
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin dan nomor urut 02 Sandiaga Uno
menyampaikan visi dan misi dalam Debat Calon Wakil Presiden Pilpres 2019 di
Jakarta, Minggu (17/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan Tawaran Ma'ruf dan
Sandiaga dalam hal ketenagakerjaan dinilai sesuai konteks saat ini jika melihat data
yang dihimpun lembaga Institute for Development of Economics and Finance
(INDEF). Berdasarkan data yang INDEF himpun dari BPS, jumlah angkatan kerja
berlatar belakang pendidikan SMK dan Perguruan Tinggi (PT) yang menganggur
terus naik sepanjang 2012-2018.
Jumlah penganggur lulusan SMK naik dari kisaran 1 juta orang pada 2012 menjadi
sekitar 1,7 juta orang pada 2018. Adapun penganggur lulusan PT meningkat dari
sekitar 400.000 orang menjadi 700.000 orang.
Kenaikan itu merupakan anomali jika dibandingkan dengan tingkat angkatan kerja
menganggur berdasarkan latar belakang pendidikan lain. Jumlah penganggur
lulusan SD, SMP, dan SMA cenderung turun pada periode yang sama.
Lambannya laju penurunan pengangguran diduga akibat belum sesuainya sisi suplai
dan permintaan tenaga kerja di Indonesia. Sederhananya, banyak angkatan muda
yang diduga tidak memiliki keahlian seperti kebutuhan dunia industri.
Upaya pemerintah menaikkan kualitas tenaga kerja dengan membuat pelatihan di
BLK dianggap tidak cukup untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan. Peneliti
INDEF Ahmad Heri Firdaus menyatakan BLK yang ada saat ini, kondisinya banyak
Page 93 of 117.