Page 227 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2021
P. 227

SOROT OMNIBUS LAW HINGGA PHI FSPMI UNJUK RASA DI DEPAN PEMKO BATAM

              Puluhan buruh dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kota Batam, Kepulauan
              Riau turun ke jalan memprotes sejumlah hal, Selasa (26/10/2021). Mereka menggeruduk Kantor
              Pemko Batam di kawasan Engku Putri, Batam Centre.

              Sejumlah isu menjadi sorotan FSPMI dalam aksi nasional ini. Seperti; penyesuaian upah tahun
              2022 dan UMSK tahun 2021, penolakan Undang-undang Cipta Kerja (Omnibus law) dan tentang
              peningkatan kualitas perjanjian kerja di perusahaan-perusahaan di Batam.

              “Kalau tidak ada PKB (Perjanjian Kerja Bersama), ya dibuat PKB, dan terakhir itu dibuat PHI
              (Pengadilan Hubungan Industrial,” ujar Ketua Konsulat Cabang FSPMI Kota Batam, Ramon.

              Ramon menjelaskan, untuk PHI ini pemerintah masih belum memberikan kejelasan. Padahal
              akunya, para buruh sudah bertahun-tahun memperjuangkan untuk membuat PHI ini di Kota
              Batam namun belum tercapai.

              “Ini  sangat  penting  ketika  kami  berselisih,  buruh  itu  tidak  punya  uang.  Kami  mesti  ke
              Tanjungpinang pulang pergi naik kapal. Oleh karena itu kami minta kepada pemerintah, untuk
              bisa menyediakan pengadilan hubungan industrial di kota Batam. Karena juga industri di Kepri
              itu paling banyak di Kota Batam, lalu perselisihan juga paling banyak di Batam,” katanya.

              Menanggapi itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Batam, Rudi Sakyakirti mengatakan, pada
              prinsipnya  para  buruh  menolak  Omnibus  Law  yang  pada  dasarnya  hal  itu  ada  dibahas
              pengupahan.

              “Itu kan ada beberapa hal, sama pengaturan yang lain-lain seperti masalah PHK dan segala
              macam,” ucapnya.

              Terkait perjanjian kerja bersama (PKB) dalam Omnibus Law, Rudi menjelaskan bahwa isi PKB
              itu tidak boleh bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi, karena di Omnibus Law sudah
              diatur semua.

              “Jadi PKB yang mereka buat itu tidak boleh melenceng dari Omnibus Law, Tapi mereka ingin
              PKB itu kan adalah kesepakatan mereka bersama, itu yang ditolak mereka,” ujarnya.

              Untuk  masalah  PHI,  Rudi  menyebutkan  bahwa  pihaknya  sudah  beberapa  kali  mengusulkan
              pembuatan PHI ke pemerintah.

              “Nanti kita akan surati lagi. Surat yang lalu 2019 terakhir, kita akan surati lagi ke Mahkamah
              Agung,” ucapnya.

              Sedangkan untuk UMK, Rudi mengaku belum ada pembahasan tentang UMK Batam. “Sesuai
              dengan  PP  36  ini  kita  menunggu  rilis  statistik,  karena  semuanya  tergantung  statistik,  ada
              pertumbuhan ekonominya, ada rumah tangga layak dan sebagainya,” tuturnya.
















                                                           226
   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232