Page 210 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 09 JULI 2020
P. 210

"Pembiayaan penyediaan perumahan Indonesia melalui program JHT hanya satu akun. Tidak
              dapat disinergikan dengan Tapera," ujarnya dalam rapat dengan pendapat di Komisi IX DPR,
              Rabu (8/7).

              Seperti  diketahui,  dalam  Pasal  37  Undang-Undang  nomor  40  tahun  2004  tentang  Sistem
              Jaminan Sosial Nasional (SJSN) manfaat JHT berupa uang tunai dapat dibayarkan sekaligus
              ditambah dengan hasil pengembangannya.

              Sebagian manfaat tersebut dapat diambil oleh peserta setelah mencapai masa kepesertaan 10
              tahun sebagai salah satu upaya untuk membantu peserta mempersiapkan masa pensiun, salah
              satunya dengan penyediaan perumahan.

              Di samping itu dalam Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
              Program JHT, terdapat dua hal yang mengatur tentang perumahan yakni pada Pasal 22 dan
              Pasal 25.

              Dalam Pasal 22, peserta dapat mengambil sebagian manfaat JHT berupa uang tunai sebesar 30
              persen untuk kepemilikan perumahan atau 10 persen dari jumlah JHT yang bersumber dalam
              individual account sebagai persiapan pensiun. Pengambilan manfaat ini dilakukan 1 kali selama
              masa kepesertaan Jamsostek.

              Sementara,  dalam  pasal  25,  peserta  JHT  juga  dapat  memperoleh  fasilitas  pembiayaan
              penyediaan perumahan yang dananya bersumber pada jaminan sosial hari tua dalam bentuk
              manfaat layanan tambahan (MLT) berupa pinjaman uang muka perumahan, kredit kepemilikan
              rumah, atau pinjaman untuk renovasi perumahan.

              Keberadaan pembiayaan perumahan dalam program JHT tersebut sebelumnya juga jadi alasan
              pengusaha  menolak  program  Tapera.  Selain  tumpang  tindih,  tanggungan  pengusaha  untuk
              Tapera ditambah iuran kepesertaan JHT BP Jamsostek sekitar 3,7 persen dari tarif kepesertaan
              akan makin membebani pengusaha.

              Belum lagi, ada iuran kepesertaan BPJS Kesehatan yang juga harus ditanggung pengusaha.

              Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan
              Hubungan Industrial Antonius J Supit menuturkan rata-rata beban iuran kepesertaan pengusaha
              untuk BP Jamsostek serta BPJS Kesehatan saja berkisar Rp6,7 miliar per bulan.

              Bahkan,  ada  salah  satu  grup  usaha  dengan  pekerja  mencapai  110  ribu  orang  menanggung
              beban iuran mencapai Rp60 miliar per bulan.

              "Dari kewajiban BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan saja, total yang harus kami bayar sekitar
              10,24 persen sampai 11,74 persen dari total gaji yang kami bayar," ungkapnya.

              Tak  heran,  sambung  dia,  bila  banyak  pengusaha  yang  justru  meminta  pemerintah  bisa
              mengeluarkan kebijakan tunda bayar iuran BPJS Kesehatan dan BP Jamsostek kepada dunia
              usaha di tengah pandemi corona. Sebab, biayanya cukup besar dan mengganggu arus kas di
              tengah pandemi corona ini..













                                                           209
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215