Page 82 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 APRIL 2021
P. 82

THR tentu dapat menstimulus konsumsi masyarakat yang mendorong pertumbuhan ekonomi,”
              ujar Menaker dalam keterangan pers, Jakarta, Senin (/04/0).


              MENAKER TERBITKAN EDARAN THR WAJIB DIBAYAR PENUH

              KABAR RAKYAT – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menerbitkan Surat Edaran
              (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/0 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan
              Tahun 0 bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan. SE yang ditandatangani pada tanggal April 0 ini
              ditujukan kepada para gubernur di seluruh Indonesia.

              “Pemberian THR Keagamaan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pengusaha
              kepada pekerja/buruh. Pemberian THR Keagamaan bagi pekerja/buruh merupakan upaya untuk
              memenuhi kebutuhan pekerja/buruh dan keluarganya dalam merayakan hari raya keagamaan.
              Secara khusus, dalam masa pemulihan ekonomi ini, THR tentu dapat menstimulus konsumsi
              masyarakat  yang  mendorong  pertumbuhan  ekonomi,”  ujar  Menaker  dalam  keterangan  pers,
              Jakarta, Senin (/04/0).

              Dalam surat edaran tersebut, Menaker menyatakan bahwa SE pelaksanaan THR berdasarkan
              Peraturan  Pemerintah  (PP)  Nomor  36  Tahun  0  tentang  Pengupahan  dan  Peraturan  Menteri
              Ketenagakerjaan  Nomor  6  Tahun  06  tentang  Tunjangan  Hari  Raya  Keagamaan  bagi
              Pekerja/Buruh di Perusahaan. Ia meminta perusahaan agar waktu pembayaran THR Keagamaan
              dilakukan paling lama 7 hari sebelum hari raya keagamaan.

              “Saya tekankan bahwa THR Keagamaan wajib dibayarkan paling lama 7 hari sebelum hari raya
              keagamaan pekerja/buruh yang bersangkutan,” ujarnya.

              Adapun dalam pelaksanaannya, pembayaran THR Keagamaan diberikan kepada pekerja/buruh
              yang telah mempunyai masa kerja satu bulan secara terus menerus atau lebih. THR Keagamaan
              juga  diberikan  kepada  pekerja/buruh  yang  mempunyai  hubungan  kerja  dengan  pengusaha
              berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu.

              Terkait jumlah besaran, bagi pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja bulan secara terus
              menerus atau lebih, THR diberikan dengan ketentuan sebesar bulan upah.

              Sementara bagi pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja bulan secara terus menerus,
              tetapi kurang dari bulan, THR diberikan secara proporsional sesuai dengan perhitungan masa
              kerja dibagi bulan kemudian dikali bulan upah.

              Adapun  bagi  pekerja/buruh  yang  bekerja  berdasarkan  perjanjian  kerja  harian  yang  telah
              mempunyai masa kerja bulan atau lebih, upah bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang
              diterima selama bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan.
              Sedangkan bagi pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja kurang dari bulan, upah bulan
              dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja.

              Selanjutnya, dalam SE juga dijelaskan bagi perusahaan yang masih terdampak pandemi COVID-
              9  dan  berakibat  tidak  mampu  memberikan  THR  Keagamaan  tahun  0  sesuai  waktu  yang
              ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, Menaker meminta gubernur dan bupati/wali
              kota  agar  memberikan  solusi  dengan  mewajibkan  pengusaha  melakukan  dialog  dengan
              pekerja/buruh untuk mencapai kesepakatan yang dilaksanakan secara kekeluargaan dan dengan
              iktikad baik.






                                                           81
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87