Page 47 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 DESEMBER 2020
P. 47

Di sisi lain, di dalam negeri, ada kalangan yang memandang sebelah mata perjuangan anak
              bangsa memperbaiki taraf hidup dan mengaktualisasi diri. Upaya memperlebar pasar kerja di
              timur tengah, misalnya, hingga saat ini masih menemui jalan buntu.

              Pemerintah seperti kagok untuk membuka pasar kerja terbesar bagi Indonesia itu. Moratorium
              selama belasan tahun sepertinya berubah menjadi penghentian penempatan sama sekali, tanpa
              ada kemungkinan dibuka kembali.

              Di sisi lain, ketika Taiwan menghentikan sementara penerimaan pekerja migran asal Indonesia
              di masa pandemi membuat banyak kalangan kebakaran jenggot.

              Jika  penempatan  pekerja  migran  menjatuhkan  marwah  kemanusiaan  bangsa  ini,  maka
              penempatan ke semua negara harusnya dihentikan, tetapi jika penempatan dibutuhkan untuk
              mengatasi  pengangguran  karena  lapangan  kerja  dalam  negeri  masih  sangat  terbatas,  maka
              semua peluang kerja manca negara hendaknya segera dibuka sehingga jika satu dua negara
              memghentikan penempatan sepihak maka tidak terlalu berpengaruh.
              Adalah Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani pada 18
              Desember  2020  melalui  media  mempertanyakan  apakah  perpanjangan  penangguhan
              penempatan pekerja migran ke Taiwan terkait masalah politik.

              Benny  juga  menyatakan  kekecewaannya  atas  keputusan  Taiwan  yang  memperpanjang
              penangguhan penerimaan pekerja migran Indonesia dalam jangka waktu tidak ditentukan.

              Dia kecewa karena kebijakan tersebut dibuat tanpa menunggu hasil investigasi dari pemerintah
              Indonesia atas kasus 85 pekerja Indonesia yang dikirim 14 perusahaan penempatan dinyatakan
              positif COVID-19 setelah diperiksa di negara tersebut.

              Pertimbangan  medis  Taipei  Economic  and  Trade  Office  (TETO)  menyatakan  Taiwan  dan
              Indonesia  memiliki  hubungan  bilateral  yang  erat.  Perpanjangan  periode  penangguhan
              penempatan  PMI  ke  Taiwan  adalah  semata-mata  berdasarkan  pertimbangan  pencegahan
              epidemi dan tidak memiliki implikasi politik.

              Pemerintah Taiwan bersedia untuk membuka kembali penempatan pekerja migran Indonesia
              jika kedua negara mencapai konsensus tentang langkah-langkah pencegahan epidemi.

              Pekerja migran Indonesia, menurut rilis TETO di Jakarta, sudah menjadi sumber utama kasus
              COVID-19 dari luar (impor). Sejak 16 Oktober hingga 17 Desember 2020, telah ditemukan total
              226 kasus impor, 127 orang (50 persen) diantaranya adalah pekerja migran asal Indonesia.

              Dari 127 itu, 76 (60 persen) diantaranya membawa hasil pemeriksaan PCR negatif dari Indonesia,
              namun setelah diperiksa di Taiwan dikonfirmasi positif.

              Hal ini mengejutkan dan menimbulkan perhatian serius dari masyarakat Taiwan.

              Negara pulau itu juga menerima pekerja dari Filipina, Vietnam, dan Thailand, namun tidak ada
              kasus (nol) positif dari dua negara terakhir pada periode tersebut.

              Sedangkan Filipina memiliki 34 kasus, namun hanya 4 kasus (9 persen) yang membawa hasil
              pemeriksaan PCR negatif dari Filipina yang terkonfirmasi positif setelah melakukan pemeriksaan
              di Taiwan.
              Jauh lebih rendah dibandingkan proporsi 60 persen dari Indonesia. Larangan pekerja Indonesia
              masuk ke Taiwan semata-mata karena terlalu banyak kasus impor dari Indonesia dan tingkat
              perbedaan hasil pemeriksaan PCR terlalu tinggi.



                                                           46
   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52