Page 13 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 03 JANUARI 2020
P. 13
Menurut dia, sistem upah yang dihitung per jam bukanlah hal yang baru dalam
dunia tenaga kerja. Sebab, sejumlah negara sudah menggunakan skema tersebut.
Dilansir dari situs World Population Review, ada sepuluh negara memberikan upah
per jam dengan nilai besar.
Kesepuluh negara itu, yakni Luksemburg, Australia, Prancis, Selandia Baru, Jerman,
Belanda, Belgia, Inggris, Irlandia, dan Kanada.
Saat ini, dengan skema gaji tetap, pekerja yang masuk dengan jumlah hari yang
berbeda tetap mendapatkan gaji yang sama. Sementara upah per jam, upah yang
diterima pekerja sesuai dengan jam kerjanya.
"Oleh karena itu, diharapkan bisa meningkatkan produktivitas pekerja kita. Fokus ini
salah satunya guna merebut peluang terhadap momentum bonus demografi yang
dinikmati Indonesia hingga tahun 2030 nanti," katanya.
Rencana sistem upah kerja per jam ini bakal dimasukkan dalam RUU Omnibus Law
Cipta Lapangan Kerja, yang diharapkan bisa memperkuat perekonomian nasional
dan daya saing Indonesia.
"Skema upah per jam dalam Omnibus Law itu akan menggenjot investasi dan
menumbuhkan lapangan kerja baru," Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko)
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menyebut salah satu sektor yang efektif
diterapkan upah per jam yakni perdagangan, usaha restoran salah satunya.
"Jadi itu salah terima. Kalau yang per jam itu misalnya konsultan yang dibayar per
jam jadi lebih ke pekerja jasa atau pekerja paruh waktu. Misalnya kerja di restoran
itu kan bisa digaji paruh waktu, jadi itu diakomodir di dalam UU berubah jadi gaji
per jam," terang Airlangga.
Airlangga menuturkan, ada urgensi dari aturan gaji pekerja dalam RUU Cipta
Lapangan Kerja. Pemerintah ingin semua pekerja masuk ke sektor formal.
Namun selama ini pekerja masuk ke dalam 2 sektor yakni sektor formal dan
informal.
"Kan kita perlu memberikan kesempatan pada sektor formal, kalau kita kerja di
restoran kan gajinya berbasis mereka yang kerja di restoran. Ini harus kita
akomodasi. Semua sektor kerja harus diakomodasi," tutur dia.
Page 12 of 59.