Page 61 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 MARET 2020
P. 61

Apa alasan dan pertimbangan bagi yang tidak setuju dengan omnibus law ?

               Bagi yang tidak setuju atau menolak omnibus law, beralasan paling tidak menurut
               kacamata dan versi Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) ada 9 (sembilan)
               poin kontroversial dan dampak negatif omnibus law. Untuk itu KSPI menolak draf
               omnibus law Cipta Kerja yang telah diserahkan pemerintahan ke DPR. Berikut ini
               sembilan poin kontroversial tersebut:

               Hilangnya upah minimum, hilangnya pesangon, PHK sangat mudah dilakukan,
               karyawan kontrak seumur hidup, outsourcing seumur hidup, jam kerja yang
               eksploitatif, tenaga kerja asing (TKA), buruh kasar, unskill worker, berpotensi bebas
               masuk ke Indonesia, hilangnya jaminan sosial, dan sanksi pidana hilang, dalam UU
               13/2003, pengusaha yang tidak memberikan kepada pekerja/buruh yang memasuki
               usia pensiun, dipidana dengan pidana penjara paling sedikit setahun dan paling
               lama 5 tahun dan/atau dengan denda paling sedikit 100 juta dan paling banyak 500
               juta. Dalam RUU Cipta Kerja sanksi pidana ini dihilangkan.

               Ada pendapat bagi yang tidak setuju dengan omnibus law. Pertama, omnibus law
               berpotensi mengabaikan ketentuan formal pembentukan undang-undang. Sifatnya
               yang cepat dan merambah banyak sektor dikhawatirkan akan menerobos beberapa
               tahapan dalam pembentukan undang-undang, baik di tingkat perencanaan,
               penyusunan, pembahasan, pengesahan, maupun pengundangan. Pelanggaran ini
               bertentangan dengan prinsip negara hukum yang menghendaki segala tindakan
               pemerintah didasari hukum.

               Kedua, omnibus law mempersempit keterbukaan dan partisipasi publik dalam
               pembentukan undang-undang. Dalam praktik di beberapa negara, pembentukan UU
               Omnibus law didominasi oleh pemerintah atau DPR. Materi dan waktu
               pengerjaannya pun bergantung pada instansi tersebut. Biasanya UU diusahakan
               selesai secepat mungkin, bahkan hanya dalam satu kesempatan pengambilan
               keputusan. Akibatnya, ruang partisipasi publik menjadi kecil, bahkan hilang. Padahal
               prinsip keterbukaan dan partisipasi dalam membuat undang-undang adalah roh
               utama dalam negara demokratis. Pelanggaran atas prinsip ini tentu sangat
               mengkhawatirkan.

               Ketiga, omnibus law bisa menambah beban regulasi jika gagal diterapkan. Dengan
               sifatnya yang mencakup lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu UU,
               pembahasan UU Omnibus law dikhawatirkan tidak komprehensif. Pembahasan akan
               berfokus pada UU Omnibus law dan melupakan UU yang akan dicabut, akan
               menghadirkan beban regulasi lebih kompleks.

               Apa alasan dan pertimbangan bagi yang setuju dengan omnibus law ?

               Indonesia memang sedang dilanda over-regulasi. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
               Indonesia (PSHK) mencatat, pada masa pemerintahan Jokowi hingga November
               2019, telah terbit 10.180 regulasi. Rinciannya, 131 undang-undang, 526 peraturan
               pemerintah, 839 peraturan presiden, dan 8.684 peraturan menteri. Data inilah yang



                                                       Page 60 of 158.
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66