Page 117 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JUNI 2020
P. 117

SURVEI TNP2K: PENGANGGURAN MAYORITAS PENGGUNA KARTU PRAKERJA

              Jakarta  -  Tim  Nasional  Percepatan    Penanggulangan  Kemiskinan    (TNP2K)  memaparkan
              mayoritas penerima manfaat Program  Prakerja  adalah masyarakat yang  menganggur  saat
              mendaftar menjadi peserta. Dari total 4 ribu pendaftar, sebanyak 2 ribu peserta tak memiliki
              pekerjaan.

              Hal ini merupakan hasil survei yang dilakukan oleh TNP2K terhadap sejumlah masyarakat terkait
              pelaksanaan Program Kartu Prakerja.

              Ekonom TNP2K Elan Satriawan mengatakan mayoritas warga tak memiliki pekerjaan karena
              terkena  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK). Perusahaan  mengeluarkan  keputusan  itu  karena
              terdampak penyebaran virus corona.

              "Jadi sebagian besar melaporkan bahwa penerima manfaat ini adalah mereka yang terpengaruh
              pandemi, mereka terkena PHK, dirumahkan, dan kesulitan mencari pekerjaan," ungkap Elan
              dalam konferensi jarak jauh, Senin (8/6).

              Elan menuturkan 42,6 persen penerima manfaat atau sebanyak 2.034 peserta Program Kartu
              Prakerja tidak memiliki pekerjaan atau sedang tidak berusaha. Mereka mengaku sebelumnya
              adalah seorang karyawan di suatu perusahaan.
              Kemudian, 208 peserta atau 4,4 persen adalah peserta yang pada Januari 2020 memiliki usaha
              tapi sekarang sedang menganggur. Sementara, 1.679 atau 35,1 persen adalah peserta yang
              sejak Januari 2020 hingga saat ini tak memiliki pekerjaan.

              "Jadi ada yang awalnya memiliki pekerjaan kemudian menganggur karena virus corona, dipecat.
              Lalu ada yang memang tak memiliki pekerjaan," tutur Elan.

              Kebutuhan  Sehari-hari    Lebih  lanjut  dia  menyatakan,  sebagian  besar  peserta  menggunakan
              insentif Program Kartu Prakerja sebesar Rpp600 ribu yang dibagikan sebanyak empat kali atau
              Rp2,4 juta untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.


              "Jadi  kondisi  ini  mencerminkan  situasi  yang  sebenarnya.  Mereka  memang  membutuhkan
              bantuan sosial," ujar Elan.

              Oleh karena itu, ia bilang konsep pemerintah untuk menyatukan bantuan dengan pemberian
              pelatihan  dan  bansos  dalam  satu  program  tak  ideal  di  tengah  penyebaran  virus  corona.
              Masalahnya, hal utama yang dibutuhkan adalah dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

              "Makanya  bukan  desain  yang  ideal  untuk  mengkombinasikan  antara    training    dan  bansos.
              Sebagian besar dana digunakan untuk kebutuhan sehari-hari itu masuk akal," terang dia.

              Tak  heran,  sebagian  peserta  berpendapat  tak  setuju  jika  pemerintah  menyatukan  program
              pelatihan dan bansos untuk masyarakat yang terdampak penyebaran virus corona. Pasalnya,
              dana bantuan yang dibutuhkan masyarakat jauh lebih besar dari yang disiapkan pemerintah
              sebesar Rp2,4 juta untuk masing-masing peserta yang dibagikan dalam empat tahap.

              "Ada sebagian kecil bilang tidak ada hubungannya manfaat Program Kartu Prakerja dengan
              bantuan pandemi, jadi sebaiknya dipisah karena yang dibutuhkan selama masa pandemi jauh
              lebih besar," jelas Elan.

              Sebagai informasi, Program Kartu Prakerja mulai berjalan pada pertengahan April 2020. Saat
              ini,  ratusan  peserta  sudah  mengikuti  pelatihan  melalui  platform  digital  yang  menjadi  mitra
              pemerintah.


                                                           116
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122