Page 171 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JUNI 2020
P. 171

orang awak kapal Indonesia atau anak buah kapal (  ABK  ) melompat dari kapal ikan bernama
              Lu Qian Yua Yu 901.

              Dua awak kapal atas nama Reynalfi dan Andri Juniansyah ini mengaku sengaja melompat dari
              atas kapal saat melintasi Selat Malaka. Sebab, keduanya tak tahan dengan perlakuan dari kapten
              kapal dan sesama awak kapal berbendera China tersebut.

              "Mereka melompat karena tidak tahan dengan perlakuan dan kondisi kerja di atas kapal yang
              sering mendapatkan intimidasi, kekerasan fisik dari kapten dan sesama ABK asal China," tutur
              Koordinator Nasional DFW-Indonesia, Abdi Suhufan, dalam siaran persnya, Jakarta, (8/6).

              Setelah melompat dari atas kapal, keduanya mengapung di laut selama 7 jam. Mereka akhirnya
              ditemukan dan mendapat pertolongan dari nelayan Tanjung Baai Karimun.

              Dugaan kerja paksa mengemuka setelah ditemukan adanya praktik tipu daya. Lalu, gaji yang
              tidak dibayar, kondisi kerja yang tidak layak, serta ancaman dan intimidasi yang dirasakan Andri
              Juniansyah dan Reynalfi.

              Staf  pengelola  Fisher  Centre  Bitung,  Laode  Hardiani,  mengatakan  korban  Andri  Juniansyah
              sebelumnya  direkrut  oleh  PT  Duta  Putra  Group lewat  agen/sponsor  penyalur  bernama  SYF.
              Andry dijanjikan akan dipekerjakan pada salah satu perusahaan di Korea dengan gaji Rp 25
              juta/bulan.

              Sebelum bekerja Andry dan Reynalfi harus membayar sejumlah uang atau '  ngecash  ' kepada
              SFY.  "Mereka  membayar  masing  masing  sebesar  Rp  40  juta  dan  Rp  45  juta,"  kata  Laode
              Hardiani.

              Keduanya diduga merupakan korban sindikasi perdagangan orang. Praktik ini diduga melibatkan
              manning agent ilegal  di dalam negeri dan jejaring internasional.

              Andry dan Reynalfi diduga telah ditipu sejak awal perekrutan. Mereka diangkut dan dipindahkan
              dari  kapal  LU  QIANG  YU  213  ke  kapal  LU  QIAN  YUAN  YU  901  yang  melakukan  operasi
              penangkapan ikan di Samudera Hindia.

              Selain itu, Berdasarkan hasil screening Fisher Centre Bitung terhadap aduan keluarga korban,
              diketahui Andri dan Reynalfi telah bekerja 5 bulan lalu. Selama itu pula keduanya tidak pernah
              menerima  gaji.  Padahal,  dalam  dokumen  yang  diperoleh  oleh  Fisher  Centre  Bitung,  Andry
              Juniansyah seharusnya mendapatkan gaji sebesar USD 430/bulan.

              Sampai Juni 2020 sudah ada enam insiden dalam kurun waktu 8 bulan. Tercatat 30 orang awak
              kapal Indonesia menjadi korban kekerasan dalam bekerja di kapal ikan berbendera China.

              "Dengan rincian 7 orang meninggal, 3 orang hilang dan 20 orang selamat," kata Abdi.
              Atas banyaknya kejadian ini, DFW-Indonesia meminta pemerintah Indonesia untuk secepatnya
              melakukan moratorium pengiriman ABK ke luar negeri. Terutama yang bekerja di kapal ikan
              China, baik legal maupun ilegal.

              Aparat penegak hukum Indonesia juga diminta untuk melakukan upaya dan tindakan penegakan
              hukum kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam tindak
              pidana perdagangan orang dan pelanggaran ketenagakerjaan lainnya.

              "Tindakan hukum yang tegas perlu dilakukan kepada mereka yang terlibat dalam praktik yang
              tidak berperikemanusiaan ini" kata Abdi mengakhiri.

              Reporter: Anisyah Al Faqir  Sumber: Merdeka.com.
                                                           170
   166   167   168   169   170   171   172   173   174   175   176