Page 157 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 DESEMBER 2021
P. 157

HIPMI SEBUT PENETAPAN UMP 2022 DI DAERAH SUDAH RASIONAL

              Pemerintah  daerah  telah  resmi  menetapkan  UMP  di  daerah  masing-masing.  Penetapan  ini
              diwarnai dengan sejumlah protes yang datang dari berbagai stakeholder buruh di daerah.

              Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) berharap protes yang disampaikan stakeholder
              buruh dapat ditanggapi secara seimbang oleh pemerintah daerah.

              Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI Mardani H. Maming menilai, saat ini masih
              banyak kalangan pengusaha yang terdampak pandemi covid-19. Sehingga pengusaha ini pasti
              akan semakin sulit menjalankan usahanya jika upah minimum provinsi naik diatas kemampuan
              mereka.

              "Untuk merencanakan besaran UMP memang perlu adanya komunikasi yang intensif dan baik
              antara pengusaha, pemerintah, dan juga stakeholder buruh. Sebaiknya memang tidak diluar
              batas kemampuan pengusaha," ujar Maming, dalam keterangan tertulisnya (3/12/2021).

              Menurutnya, angka yang sudah ditetapkan oleh Kemenaker yaitu rata-rata kenaikan UMP tahun
              2022 sebesar 1,09 persen sudah dihitung berdasarkan kelayakan hidup. Tak hanya kenaikan
              upah sesuai dengan kebijakan pemerintah, mantan Bupati Tanah Bumbu Kalimantan Selatan itu
              menilai, pemerintah juga memberi subsidi mengurangi pengeluaran bagi buruh.

              "HIPMI  menyambut  baik  penetapan  UMP  2022,  kami  pengusaha  memandang  buruh  kerja
              sebagai  mitra  kami  sehingga  kami  harus  memiliki  kebijaksanaan  dalam  memberikan
              kesejahteraan dan kepastian untuk para buruh. Karena buruh itu merupakan aset perusahaan
              juga," ucapnya.

              Ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya merasa UMP yang ditetapkan di daerah sudah rasional.
              Ia pun meminta agar pemerintah daerah dan masyarakat juga melihat realitas perekonomian
              Indonesia sekarang yang sedang dilanda pandemi Covid-19.

              "Jika memang kondisi ini dirasa berat, harus dilihat juga dari sisi pengusaha yang mengalami
              kesulitan menjalankan usaha, oleh karena itu perlu ada balancing. Kita mesti bisa survive untuk
              kondisi sekarang," ungkapnya.

              Jika UMP yang ditetapkan diatas kemampuan pengusaha dampak terburuk yang akan terjadi
              adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tentu yang tidak diinginkan semua pihak. Hal ini
              juga beresiko bagi realisasi investasi.
              "Tentu kami tahu negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand memasang tarif UMP
              yang  rendah  untuk  menarik  investor  masuk,  namun  perlu  melihat  kondisi  pengusaha  dalam
              negeri  juga  sehingga  tidak  membuat  chaos  berbagai  pihak.  Buruh  tidak  diuntungkan  dan
              pengusaha pun merugi. Kita sama-sama cari win-win solution," tutupnya.


















                                                           156
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162