Page 163 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 DESEMBER 2021
P. 163
MALAYSIA BUTUH RIBUAN PEKERJA SAWIT INDONESIA, PERJANJIAN G2G
DISIAPKAN
Malaysia siap mendatangkan ribuan peladang atau tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di
kebun-kebun sawit di negara mereka. Kebijakan tersebut ditempuh lantaran negara ini sedang
menjaga produksi sawit, tapi dihadapi dengan masalah kekurangan tenaga kerja.
“Saya akan berbincang juga dengan Kementerian Sumber Manusia Indonesia (Kementerian
Ketenagakerjaan),” kata Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Zuraida
Kamaruddin dalam konferensi pers di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu, 4 Desember 2021.
Zuraida bertandang ke Indonesia untuk mengikuti pertemuan antar menteri ke-9 Dewan Negara
Produsen Minyak Kelapa Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Ia bertemu
dengan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai ketua delegasi Indonesia.
Zuraida bercerita bahwa saat ini Malaysia sedang menikmati kenaikan harga minyak kelapa sawit
yang mencapai 5.400 Ringgit Malaysia per ton atau level tertinggi yang pernah dicapai. Kondisi
ini terjadi karena pandemi Covid-19, rendahnya pasokan, dan tingginya permintaan. “Kami siap
memastikan kalau tidak ada Covid, harganya demikian juga,” kata dia.
Walau demikian, Malaysia harus tetap menjaga produksi minyak sawit mereka di tengah krisis
tenaga kerja yang dialami. Selama ini, mayoritas peladang sawit di Malaysia memang berasal
dari luar negeri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan mekanisasi
pekerjaan kebun dengan mesin.
Tapi dalam jangka pendek, Malaysia butuh pasokan peladang sawit dari Indonesia. Sehingga,
Malaysia menawarkan adanya perjanjian Government to Government atau G2G, dengan harapan
pengiriman tenaga kerja ini lebih sistematis dan terlindungi. “Agar tidak dianiaya, tidak
disalahgunakan, dan di-training dengan baik,” kata dia.
Menurut Zuraida, pemerintah Malaysia juga akan memastikan perjanjian G2G ini membuat
peladang sawit asal Indonesia bisa dilayani dengan lebih baik. Mereka diberikan hunian yang
layak dan majikan pun diwajibkan untuk mengajak pekerja ini untuk bisa berwisata juga di luar
pekerjaan.
Airlangga Hartarto menyebut kerja sama ini akan ditangani oleh Menteri Ketenagakerjaan Ida
Fauziyah. Ia pun menjamin kerja sama G2G ini akan membuat para peladang berstatus pekerja
formal. Sehingga, hak-hak pekerja ini terlindungi. “Sehingga ini tidak hanya mendorong kerja
sama kami (Indonesia dan Malaysia) di pasar ekspor, tapi juga dalam proses produksinya,” kata
dia.
Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Perekonomian
Musdalifah Machmud mengatakan Malaysia memang berjanji akan memberikan jaminan yang
lebih baik bagi pekerja Indonesia. “Sebelumnya kan banyak yang dikerjain agen-agen, sekarang
dijamin G2G, bahwa semua fasilitas mereka yang siapkan,” kata dia.
Selama ini, kata Musfalidah, peladang Indonesia yang bekerja di kebun sawit Malaysia memang
bukan hal baru. “Kemarin kan pulang pas pandemi, jadi sekarang mereka kekurangan, dan ajak
kembali lagi,” kata dia.
Musdalifah belum merinci angka pasti pekerja yang bakal di Malaysia, namun mencapai ribuan.
Menurut dia, komunikasi lebih rinci dilakukan oleh Ida Fauziyah. “Tetap mereka akan konsolidasi
dengan agen pekerja, dengan jaminan disediakan oleh Malaysia, jadi carrying-nya (biaya
transportasi) itu kan ada biaya, itu di-cover Malaysia, janjinya seperti itu,” kata dia.
162

